Manusia-manusia insecure. Belakangan kita makin sering mendengar istilah ini. Topik ini berada pada jajaran teratas yang sering di bahas di lingkup pertemanan antar perempuan jika sudah bertemu, dan terjadilah sesi konsultasi timbal balik. Apalagi kalau bukan, sesi curhat di antara para perempuan.
Hai Kompasianers, apakah kalian juga termasuk dalam kategori topik yang akan aku bahas di dalam artikel sederhana ini?Buat kalian yang masih asing mendengar istilah ini, mari kita bahas bersama. Insecure adalah perasaan cemas, ragu, kurang percaya diri. Dampak negativ yang paling berat dialami oleh seseorang yang merasakan insecure adalah perasaan tidak aman. Dampak yang tidak sederhana!
Di sisi lain, manusia dan insecure sepertinya dua hal yang berdampingan, mengetahui manusia adalah kehidupan yang kompleks. Manusia bisa dihinggapi berbagai perasaan seperti; bahagia, sedih, kecewa dan masih banyak lagi. Perasaan insecure timbul dari sudut pandang orang tersebut, tentang bagaimana mereka meihat diri mereka ke dalam. Perasaan kurang atau tidak lebih baik dari yang lain biasanya umum dirasakan oleh mereka yang merasa insecure.
Namun demikian, karena manusia adalah mahluk yang kompleks, wajar saja memiliki perasaan insecure. Bahkan semua orang pasti pernah merasa insecure. Hal yang menjadikan berbeda adalah level insecure yang ada di dalam diri seseorang. Ada yang merasa insecure pada level biasa, sedang, hingga berat.
Sudut pandang kita sangat menentukan ketika tengah merasa insecure. Mampukah kita melihat perasaan ini sebagai acuan untuk hidup lebih baik? Buktikan kita bisa melewati perasaan insecure, buktikan kita bukan hal buruk yang berkelindang di pikiran kita yang kadang riuh. Atau sebaliknya? Kita hanya membiarkan diri kita tenggelam di dalam labirin pikiran kita yang gelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H