Isu gender menguat ketika disadari bahwa perbedaan gender antara manusia laki-laki dan perempuan telah melahirkan ketidakadilan dalam berbagai bentuk seperti marginalisasi atau pemiskinan ekonomi, subordinate atau anggapan tidak penting dalam urusan politik, stereotype atau pencitraan yang negatif bagi perempuan.
Keluarga merupakan wadah pertama yang digunakan untuk merealisasikan tentang praktek kesetaraan gender. Di dalam lingkup keluarga, kesetaraan gender dapat dimulai dengan berbagi peran antara suami dan istri dalam mengerjakan aktivitas kehidupan keluarga, termasuk praktek pengasuhan dan perlindungan anak kedepan. Selain itu, pendidikan atau pengetahuan gender perlu diajarkan kepada anak sejak kecil.
Orang tua sebagai contoh figur utama untuk anaknya, maka dari itu pentingnya orang tua mempraktikan sesuatu hal yang menunjukkan berlakunya kesetaraan gender di keluarga mereka, tidak membedakan anak laki-laki dengan perempuan.
Edukasi gender dapat diajarkan misalnya dengan pembagian tugas domestic di rumah, tidak melulu menyapu, mencuci dan memasak adalah tugas perempuan. Tidak salahnya anak laki-laki membantu pekerjaan rumah dengan menyapu ketika anak perempuan sedang sibuk memasak, dengan hal  seperti itu pekerjaan rumah akan cepat selesai dan terasa ringan.
Hilangkan pikiran yang merujuk pada stereotype, misalnya menganggap bahwa anak perempuan sebagai anak yang cengeng. Hilangkan tindakan yang menunjukkan marginalisasi, misalnya anak perempuan hanya boleh bermain boneka sedangkan anak laki-laki hanya boleh bermain sepak  bola atau yang berkaitan dengan kekuatan fisik. Anak mempunyai kesempatan yang sama, biarkan anak-anak bermain apa saja tanpa membedakan gender, dengan itu diharapkan keterampilan  anak akan berkembang dengan maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H