Minggu, 23 Oktober 2022, mahasiswa KKN UIN KH. Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan UIN Gusdur, menyelenggarakan acara "Sosialisai Kesehatan dan Pembentukan Posyandu Remaja" di Desa Kebandingan, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka memutus rantai stunting dengan mengoptimalisasi peran remaja dibidang kesehatan.Â
Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala Desa Kebandingan, Ketua PKK Kebandingan, Bidan Desa, Serta Kepala Puskesmas Kedungbanteng. Acara diawali dengan pembukaan dan sambutan dari Kepala Desa, Kepala Puskesmas serta perwakilan dari mahasiswa. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan peresmian posyandu remaja oleh Kepala Desa Kebandingan, dan setelah itu penyampain beberapa materi terkait Kesehatan remaja oleh mahasiswa.
Pembentukan posyandu remaja ini sangat diapresiasi oleh kepala desa Kebandingan. Beliau bahkan menuturkan bahwa pemerintahan desa siap menyediakan anggaran untuk mendukung kegiatan di posyanndu remaja. Kepala puskesmas Kedungbanteng juga mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung dan bekerja sama dengan desa terkait dengan kelangsungan posyandu remaja tersebut.
Diharapkan dengan adanya edukasi terkait Kesehatan remaja dapat menambah pengetahauan remaja terkait pentingnya Kesehatan sejak dini. Adapun pembentukan posyandu remaja diharapkan mampu memberdayakan remaja khususnya di bidang Kesehatan. Posyandu remaja juga dihapkan mampu menjadi wadah bagi remaja untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keremajaan. Dengan adanya posyandu rema juga mempermudah remaja untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan, serta pemantauan terhadap Kesehatan remaja.
Remaja merupakan salah satu sasaran utama dalam program penurunan angka stunting. Hal ini sesuai dengan program 8000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) yang mengikutsertakan remaja sebagai sasaranya. Program 8000 HPK merupakan kelanjutan dari program 1000 HPK yang telah ada sebelumnya. Jika 1000 HPK hanya membidik ibu hamil dan bayi sebagai sasaranya, maka program 8000 HPK ini lebih intensif lagi, karena jangkaunya lebih jauh, menyasar anak-anak sejak dalam kandungan ibu, hingga mencapai usia 20 tahun. Atau jika ditarik kebelakang maka program 8000 HPK ini menyasar sebelum seorang Wanita menjadi ibu dan jika ditarik akan sampai pada usia remaja.
Remaja yang kelak akan menjadi orang tua, perlu diedukasi agar dapat memahami pentingnya hidup sehat sejak dini. Dalam hal ini perlu juga diperhatikan gizi remaja. Remaja, atau lebih khususnya remaja putri,  sering kali mengalami anemia akibat pola makan yang tidak seimbang. Maka saat  kelak ia mengandung, dapat menyebabkan kekurangan gizi ataupun defisiensi zat besi pada janinya, dan ketika melahirkan sangat berpotensi melahirkan bayi yang stunting. Oleh karena itu, mengedukasi dan memberikan asupan gizi yang cukup bagi remaja sangat penting untuk memutus rantai stunting sejak dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H