Â
 Pentingnya Pemahaman Misalignment Bisnis-IT untuk Mitigasi Risiko di Era Transformasi
Dalam era transformasi digital yang semakin berkembang pesat, pentingnya keselarasan antara strategi bisnis dan teknologi informasi (IT) tidak bisa diabaikan. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa alignment yang kuat antara keduanya dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara signifikan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak organisasi masih menghadapi tantangan besar dalam mencapai business-IT alignment. Fenomena misalignment, atau ketidaksesuaian antara strategi bisnis dan IT, sering kali menjadi penyebab utama di balik kegagalan banyak inisiatif teknologi.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh ri,Et.All. dalam artikel "A Systematic Literature Review on Business-IT Misalignment Research" menyoroti bahwa meskipun alignment bisnis dan IT telah menjadi perhatian sejak lama, misalignment masih kurang dipahami secara komprehensif. Dari total 642 makalah yang dikaji, hanya 62 yang secara spesifik meneliti masalah ini. Hal ini menandakan bahwa hanya sekitar 9,65% literatur yang membahas misalignment secara mendalam, sementara fokus utama penelitian sistem informasi lebih banyak tertuju pada aspek alignment.
Studi mereka menunjukkan bahwa kesalahan dalam mencapai keselarasan antara bisnis dan IT dapat terjadi pada berbagai tingkatan organisasi---mulai dari level strategis hingga operasional. Dalam banyak kasus, misalignment ini muncul akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan bisnis yang dinamis dan sistem teknologi yang kaku, atau bahkan sebaliknya. Oleh karena itu, memahami lebih dalam tentang misalignment bukan hanya penting bagi departemen IT, tetapi juga bagi seluruh pemangku kepentingan di perusahaan.
****
Misalignment bisnis-IT tidak hanya menjadi isu yang kompleks, tetapi juga sangat mahal bagi perusahaan. Berdasarkan studi yang dikumpulkan oleh ri,Et.All. banyak perusahaan yang mengalami kerugian finansial akibat ketidaksesuaian ini. Sebuah studi lain yang relevan pada tahun 2019 memperkirakan bahwa sekitar 60% dari proyek IT mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan bisnisnya karena adanya misalignment. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada pemborosan anggaran, tetapi juga hilangnya peluang pasar dan menurunnya daya saing perusahaan.
Penelitian mereka juga mengungkapkan bahwa misalignment ini bisa terjadi pada tiga tingkatan utama: strategis, taktis, dan operasional. Pada level strategis, misalignment muncul ketika visi dan misi IT tidak mendukung strategi bisnis, atau sebaliknya. Contoh klasik adalah ketika sebuah perusahaan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi mutakhir, tetapi tidak diiringi dengan perubahan dalam strategi bisnis yang mendukung pemanfaatan teknologi tersebut. Penelitian ri,Et.All.menemukan bahwa 42% studi yang mereka telaah berfokus pada tingkat strategis, menunjukkan betapa pentingnya keselarasan di level ini.
Di sisi lain, pada level operasional, misalignment bisa muncul dari ketidaksesuaian antara proses bisnis sehari-hari dan sistem IT yang digunakan untuk mendukungnya. Misalnya, sebuah sistem ERP yang dirancang untuk menyederhanakan proses logistik mungkin gagal karena prosedur operasional perusahaan tidak sesuai dengan konfigurasi sistem tersebut. Akibatnya, terjadi hambatan di lapangan yang mengurangi efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. ri,Et.All.mengidentifikasi bahwa sekitar 29% studi berfokus pada level operasional, yang menunjukkan bahwa tantangan pada level ini juga tidak bisa diabaikan.
 Selain itu, metode penanganan misalignment juga menjadi sorotan. Dari model-model yang mereka analisis, model Business and Information Systems Misalignment Model (BISMAM) dari Carvalho dan Sousa (2008) dianggap sebagai salah satu pendekatan yang paling komprehensif. Model ini membagi penanganan misalignment menjadi tiga fase: deteksi, koreksi, dan pencegahan. Meski begitu, hanya sedikit perusahaan yang mampu mengadopsi model semacam ini secara efektif. Banyak perusahaan masih terjebak pada fase deteksi tanpa memiliki strategi koreksi dan pencegahan yang memadai, yang pada akhirnya menyebabkan siklus misalignment berulang.
***
Dari kajian ini terlihat jelas bahwa misalignment antara bisnis dan IT masih menjadi masalah yang signifikan bagi banyak perusahaan di seluruh dunia. Meskipun berbagai model dan metode telah dikembangkan untuk mendeteksi dan mengatasi misalignment, kenyataannya banyak organisasi yang masih terjebak dalam pola masalah yang sama. Data yang mereka kumpulkan menunjukkan bahwa hanya 9,65% literatur yang benar-benar mendalami masalah ini, meskipun dampaknya sangat merugikan.
Oleh karena itu, langkah selanjutnya bagi perusahaan adalah tidak hanya fokus pada upaya mencapai alignment di tingkat strategis, tetapi juga memperhatikan level operasional dan taktis. Penerapan model seperti BISMAM dapat membantu perusahaan mengidentifikasi dan mencegah misalignment sebelum dampaknya meluas. Di era transformasi digital yang terus berubah, perusahaan yang berhasil memitigasi risiko misalignment akan memiliki keunggulan kompetitif yang lebih besar. Pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang topik ini adalah kunci untuk mencegah kerugian finansial dan operasional di masa depan.