Mendengar kata belajar bahasa, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan  adanya hafalan kosakata dalam pembelajarannya. Tanpa kosakata yang kita kuasai tentu kita tidak akan mampu mempelajari bahasa tersebut dengan baik. Belajar bahasa apapun itu, tidak akan lepas dari penguasaan kosakata. Karena kosakatalah yang akan kita produksi dalam berkomunikasi.
Tidak lain ketika belajar bahasa Arab pun harus banyak memiliki perbendaharaan kosakata bahasa Arab. Dalam belajar bahasa Arab, kosakata adalah bagian ilmu yang penting dan menjadi syarat untuk menguasai bahasa Arab. Kemudian disempurnakan dengan belajar kaidah nahwu shorof dan ashwat (pengucapan suara yang benar).
Namun kebanyakan siswa mengeluh, dengan hafalan kosakata bahasa Arab yang mereka anggap susah, padahal mereka sudah berusaha menghafalkannya sebisa mungkin. Dan setelah mereka menghafal, dihari kemudian beberapa kosakata atau bahkan semuanya lambat laun pun mereka menjadi lupa akan hafalan kosakata tersebut? Mengahapa hal tersebut bisa terjadi?
Seperti pengalaman penulis ketika melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dalam mengajar pelajaran di sebuah pondok pesantren, hal tersebut sangat lumrah terjadi pada setiap siswa yang sedang belajar bahasa Arab. Namun tentu ada cara untuk mengatasinya. Dan hal ini akan menjadi tugas guru untuk memecahkannya. Menghafal kosakata bahasa Arab yang telah menjadi materi pokok dalam belajar bahasa Arab di pondok pesantren, tentu mendapatkan porsi besar.
Dalam pondok pesantren tersebut memang diwajibkan untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa Arab sehari-harinya. Maka siswa diberikan materi dengan porsi lebih dan dikhususkan untuk menghafal kosakata setiap harinya berkaitan dengan kosakata sehari-hari. Tentunya hafalan kosakata tersebut harus selalu diulang dan ditambah setiap harinya agar tidak lupa dan terus meningkat untuk menguasai hafalan kosakata tersebut. Namun terkadang siswa masih saja tetap lupa walaupun sudah lama dan berulang kali menghafal kosakata tersebut. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Salah satu penyebabnya adalah karena mereka kurang dalam murojaah (mereview) hafalan mereka dan mereka menghafalnya bukan diluar kepala, atau dapat dibilang mereka hafalan secara sekilas saja. Sebab kedua adalah mereka tidak mempraktekkan kemampuan hafalan mereka dalam berkomunikasi dengan berbahasa Arab dalam sehari-hari. Karena sejatinya bahasa itu sama dengan kebiasaan yang mana bila selalu dilakukan akan menjadi sebuah adat yang biasa dilakukan dan tidak akan pernah punah bila terus dilaksanakan.
Begitu pula dengan bahasa, jika kita membiasakan dalam mempraktekkan kosakata yang telah kita hafal dalam berkomunikasi sehari-hari, maka kosakata tersebut akan terbenam dalam otak kita hingga kita hafal diluar kepala.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H