Pukul 20:02 , 28 Februari 2017
Selasa, yang seharusnya menjadi salah satu hari sibuk untuk orang seusia (sebut saja) Bot. Banyak aktivitas yang mungkin dapat dikerjakan oleh Bot, atau bahkan tidak cukup dikerjakan dalam 1 hari, seharusnya. Bot, lebih sibuk melihat kesibukan orang yang wara-wiri di depannya atau di media sosial, bukan sibuk dengan tenaga tubuhnya sendiri untuk bekerja. Bot, si tukang sibuk sebagai pengamat orang sibuk.
Bot, tidak bisa digambarkan sedang mendapat peran apa dalam hidupnya. Bak keping koin yang punya dua sisi berbeda, Bot memiliki kemiripan itu, Bot si dua sisi kepribadian. 1 sisi menikmati kebodohan hidup dan 1 sisi lagi membodohi kenikmatan hidup. Situasilah yang akan menggiring Bot kemana dia merasa nyaman. Bahkan pribadinya sendiri sulit untuk memprediksikan kapan terjerumus pada salah satu sisi itu. Mustahil.
Menikmati kebodohan hidup, terlalu menikmati dan nyaman berada dalam pelukan kebodohan. Kelemahan yang dimiliki Bot (kebodohannya) dibuat seperti zona nyaman dalam hidupnya. Nikmat dalam kelemahan besar menjadi kebodohan yang memalukan. Sepantasnya Bot punya kebebasan untuk lepas dari situasi bodohnya, tapi Bot sudah terlalu nyaman dan lupa untuk melepas pelukan itu. Situasi tertentulah yang bisa dijadikan kunci untuk melepas gembok bodoh itu, situasi yang juga masih abstrak untuk didefenisikan, tak bisa diprediksi layaknya cuaca. Satu yang mungkin adalah mencoba mencari tahu, mungkin ada di pasar tahu itu, asal bukan tempe. Bahas apa ini?
Seandainya pun bisa lepas dari sisi itu, Bot dipastikan masuk ke pelukan sisi yang juga abstrak, membodohi kenikmatan hidup. Bodoh, Bot punya hidup nikmat, malah digendong dan digotong pada beberapa kebodohan hidup. Masalah pemanfaatan hidup nikmat masih belum dimilikinya, tidak ada cara dalam riwayat hidup Bot bagaimana untuk tidak bodoh dalam nikmatnya hidup. Dan, sebaliknya kadang atau bahkan sering Bot malah terlalu menikmatinya. Ada banyak yang bisa Bot banggakan untuk hidupnya, hanya saja cara pengelolaannya yang bodoh itulah membuatnya menjadi sia-sia. Bot pun akhirnya membodohi kenikmatan hidupnya.
Dampaknya ada tidak? Jawabnya pasti banyak, dan mutlak itu dampak yg mengarah pada sisi terburuk alias negatif. Karena begitu menikmati kedua sisi buruk itu, Bot-pun hampir kehilangan segala kesempatan yang ada untuk memperbaiki hidup. Bahkan sudah banyak yang hilang dan pergi meninggalkan Bot menikmati zona nyamannya. Apa Bot peduli akan itu? Ya, si bodoh Bot peduli akan itu. Semua yang sudah hilang terbang melayang sangat disesalinya sampai sekarang, dia, mereka yang pergi keluar dari hidup Bot, bahkan juga yang sudah terkubur dalam tanah. Bot menyesali semua itu, seperti mengalami perampokan di siang bolong. Masih berpikir apa yang harus Bot perbuat?. Bodoh!
Dua kepribadian aneh itu membuka topeng seorang Bot yang menelanjangi sifat aslinya sendiri. Bot si bodoh yang egois dan keras kepala, (tapi pendiam). Bot sudah rajin sebenarnya berkaca akan dirinya yang seperti apa. Negatif semua, mungkin hanya 1 % saja kebaikan yang dimilikinya itupun tidak keliatan, abstrak. Jadi kenapa tidak sadar, ya itu tadi keras kepala, mengalahkan kerasnya kepala ikan asin kepala batu. Tidak ada perubahan dari luar yang bisa membantu, hanya dalam diri Bot-lah faktor X apa yang dibutuhkan untuk melunakkan keras kepala tadi. Maka mungkin saja teratasi, atau bisa saja ada faktor dari luar yang dapat membantu, yang sampai sekarang juga tak tahu itu apa, sebut saja faktor Y.
Apa kabar Bot sekarang? Dari kabar burung yang terdengar, si bodoh masih seperti itu, bahkan sudah makin kronis penyakitnya, sudah stadium IV/akhir. Siapkan karangan bunga, bertuliskan game over bodoh.
Bot, tersiksa. Disiksa dari luar dan dari dalam, hilang dari luar dan dalam. Bot yang dulu aneh akan semakin aneh, karena obatnya tak kunjung ditemukan. Maaf atas segala sisi kepribadian Bot yang buruk dan merugikan semua benda hidup dan mati di sekelilingnya. Maafkan Bot yang sudah menyakiti banyak orang. Maafkan Bot yang tidak menepati janjinya. Maafkan Bot yang seharusnya tidak kalian kenal dan satu lagi, maafkan Bot untuk gelas yang pecah karena tersenggol olehnya, besok katanya diganti.
Maaf, Bot tidak berubah, dia sedang mengaktifkan bom penghancur diri. Jangan dekat sebentar lagi segera meledak. Biarkan Bot hancur dengan sendirinya. Cukup 1 korban, atas nama Bot si bodoh egois nan keras kepala tak terpakai yang pendiam!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H