Mohon tunggu...
Imbotz Ariozt
Imbotz Ariozt Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aku, Penjual Topeng

11 Juli 2015   10:46 Diperbarui: 11 Juli 2015   10:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Aku, berdiri melihat keramaian orang di sekelilingku, melihat setiap mimik ekspresi wajah yang beraneka ragamnya. Memahami sedikit demi sedikit tingkah pola mereka dalam berbicara, memahami setiap gestur tubuh mereka, serta juga memahami perilaku mereka tiap saatnya. Mereka berbeda satu sama lain.

Aku, bukan seseorang yang bisa mereka kenal. Walaupun mereka dekat, mereka melihat, atau bahkan secara tidak sengaja menyentuh badanku. Tetap saja mereka tidak tahu menahu siapa dan untuk apa aku berada disana. Hanya satu yang mereka ketahui, bahwa saat itu aku hanya sedang tersenyum.

Aku, selalu mencoba untuk memberi senyuman kecil kepada mereka yang mengarahkan wajahnya padaku. Mereka atau beberapa dari mereka tidak sungkan untuk membalas senyumanku, mereka pun tersenyum. Namun, mereka berlalu begitu saja dengan senyuman sesaatnya. Dan berpaling dariku yang masih tetap tersenyum.

Aku, melihat mereka tertawa dan sambil mengarahkan jari telunjuknya padaku. Tidak ada yang lucu saat itu, menurutku. Tetapi aku tidak memalingkan wajah dan segera membalas dengan senyuman. Dan akhirnya mereka berhenti tertawa, namun tidak lama mereka menjauhiku dan pergi menghilang. Aku masih tersenyum.

Aku, berjalan berkeliling dan bertemu dengan adik kecil yang menangis. Lalu duduk disampingnya, sambil memperhatikan dia menangis. Aku tersenyum dan menegurnya dengan lembut, serta mengusap pundaknya. Adik kecil semakin menangis, makin parah dan berlalu pergi meninggalkanku sendiri disana, disaat aku masih tersenyum.

Aku, melihat dari kejauhan seorang yang tidak asing bagiku. Dalam keramaian, aku menghampirinya yang ternyata orang yang mengenalku. Dia, yang jauh mengenal aku daripada orang yang sedang berada disekitarku. Aku tersenyum dan menyapanya dengan penuh candaan. Kami senang, gembira dan tertawa dalam setiap pembicaraan. Dan dia akhirnya pergi, orang yang aku kenal pergi. Pergi tiba-tiba disaat aku sedang tidak tersenyum, namun dia jauh meninggalkanku ketika saat itu aku sedang "tertawa". Aku masih tertawa...

Aku, ingin membeli topeng atau bahkan menjadi penjual topeng, yang mungkin akan laris di pasaran.

Ya, Aku Penjual Topeng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun