Hai sobat!
Suka menonton film? Sudah tidak asing bukan mendengar kata "film"?
Kita sering memahami sesuatu melalui film. Banyak di antara kita yang dengan mudahnya mengakses film hanya dengan gawai dan menikmatinya.
Film menggambarkan suatu cerita nonfiksi dan fiksi yang dibuat dalam penyimpanan bentuk gambar negatif ke selaput atau seluloid tipis. Film dengan penyimpanan tersebut dapat juga disimpan dan ditayangkan ke media digital.
Kamu sudah banyak menjumpai film dengan penggunaan efek, bukan? Rupanya sampai film dapat diberi efek, dahulu film dibuat dengan menggunakan kinetoskop yang ditemukan oleh Thomas Alfa Edison. Tidak ada suara dan warna menjadi ciri khas hasil film hingga akhir 1926.
Pada 1927, film masih tidak bewarna, namun sudah berkembang untuk dapat didengarkan suaranya. Setelahnya, film kemudian semakin populer dan banyak diminati oleh masyarakat.
Awal abad 20-an, pertama kalinya film dapat diputarkan atau ditayangkan ke dalam bioskop dan dinimati banyak orang secara bersamaan. Kemudian film berkembang pada tahun 1937 untuk memiliki tampilan warna di dalamnya.
Mengalami kelanjutan dalam berkembang, film sudah dapat direkam dalam jumlah yang banyak menggunakan videotape yang sekaligus dapat dijual di sekitar tahun 1970. Kemudian berkembang lagi hingga ditemukannya laser dics, VSC, DVD pada era 1980-an yang mempermudah produksi suatu karya film.
Berkat perkembangan pada dunia perfilman, kita patut bersyukur karena saat ini kita dapat menonton karya film yang memanjakan mata kita dengan pesona visualnya.
Memiliki sifat yang semakin praktis, film menjadi lebih populer dalam dunia modern hingga marak publikasi. Bahkan hingga tahun 2020 ini, sudah banyak sekali film yang menampilkan efek visual buatan yang apik.