Mohon tunggu...
Filly Qurrata A'yun
Filly Qurrata A'yun Mohon Tunggu... -

Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Ku Sangka Aku Anak Adopsi

26 Mei 2015   08:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkenalkan namaku Fina, sekarang aku berumur 22 tahun. Aku mempunyai saudara perempuan yang berumur 24 tahun namanya Fauziah. Aku sangat menyayangi kakakku, begitupun sebaliknya. Sejak kecil kami selalu terlihat kompak dan akur. Ketika SD hingga SMA aku dan kakakku Fauziah sekolah di tempat yang sama, dekat dari rumah. Mungkin alasan orang tuaku menyekolahkan kami di tempat yang sama agar kami bisa berangkat dan pulang bersama. Setiap kali berangkat sekolah aku dan kakakku Fauziah memang selalu berangkat bersama. Begitu juga ketika pulang dari sekolah. Jika aku belum keluar kelas, kakakku dengan sabarnya menunggu ku sampai usai pelajaranku. Sama halnya dengan kakakku, jika kakakku belum keluar kelas, aku akan menunggunya sampai selesai. Tidak hanya di luar rumah, di dalam rumah pun aku merasa hidup di tengah keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Kedua orang tuaku adalah orang tua yang luar biasa di mataku. Ayahku seorang kepala sekolah salah satu SMA yang ada di kotaku, sementara ibuku adalah seorang guru SD. Pagi hari sampai siang hari mereka berada di sekolah, sementara sore sampai malam hari mereka menghabiskan waktu di rumah. Aku sangat bersyukur mempunyai keluarga luar biasa. Ayahku adalah orang yang selalu memberi nasehat jika aku dan kakakku melakukan kesalahan. Kami saling menyayangi satu sama lain.

Ketika aku berumur 16 tahun, waktu itu aku duduk di kelas 1 SMA dan kakakku duduk di kelas 3 SMA. Seusai pulang sekolah sama seperti hari biasanya, aku dan kakakku pulang kek rumah bersama. Namun ketika itu kami tidak langsung pulang ke rumah karena kak Fauziah mengajak aku ke toko buku. “Fin, ikut kakak ke toko buku yah..” kata kak Fauziah. Dengan cepat aku menjawab “iya-iya kak”. Di toko buku kak Fauziah membeli 1 buah novel. Setelah membayarnya ke kasir, kak Fauziah menyodorkan buku itu ke tanganku. “Ini buat kamu Fin” kata kak Fauziah. “Loh kak kok buat aku sih? Buku ini kan kakak yang beli” jawabku. “Iya ambil aja” jawabnya sambil tersenyum. Kak Fauziah memang tahu kalau aku senang membaca. Itu adalah sedikit dari kebaikan kak Fauziah kepadaku. Seusai dari toko buku, kami bergegas pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, kami melihat ayah dan ibu duduk di ruang tamu, mereka seperti menunggu kedatangan kami. Aku dan kak Fauziah merasa terheran-heran karena biasanya sepulang kami sekolah ayah dan ibu belum ada di rumah, tapi hari itu mereka pulang lebih awal dari kami. “Assalamu’alaikum yah, bu’..” sapa ku. “wa’alaikumussalam nak, sini-sini duduk” sambut mereka secara hangat. “Tumben nih, ayah sama ibu datang lebih awal dari kita” Tanya ku sambil tertawa. “Iya nak ini ada yang mau ayah sama ibu sampaikan” jawab ayah. “Emang ada apa yah? Jadi penasaran” tanya kak Fauziah. “Sebenarnya ada suatu hal yang belum kalian ketahui sebelumnya, ayah sama ibu baru bisa mengatakannya sekarang. Kalian berdua bukanlah saudara kandung” kata ayah. “apa?” sahut ku dan kak Fauziah secara bersamaan. “Iya nak, maaf sebelumnya. Kak Fauziah adalah anak kandung ayah sementara dek Fina adalah anak adopsi ayah” jelas ayah. Pada saat itu air mataku tak terbendung lagi, tak percaya rasanya. Kak Fauziah juga ternyata tak mengetahui hal itu sebelumnya, “Terus di mana orang tua ku sekarang yah, bu’?” Tanya ku sambil tersedu-sedu. Ibu menjawab “Ibu mengangkat kamu sebagai anak dari panti asuhan, dan para pengasuh di sana mengatakan bahwa orang tua kandung kamu sudah meninggal nak. Air mataku semakin tak terbendung. “Tapi tenang saja nak, ayah sama ibu akan selalu menganggap kamu sebagai anak kandung kami” kata ayah sambil memelukku. Sulit dipercaya memang, ternyata aku tinggal bersama keluarga angkat. Padahal aku tidak merasa curiga atau apapun terhadap keluarga ini. Namun lambat laun aku pun mulai bisa menerima kenyataan ini, dan aku masih tetap merasakan kebahagiaan seperti sebelum peristiwa itu terjadi. Ayah, ibu dan kakak angkat ku tetap sayang kepadaku. Begitu pun aku sangat menyayangi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun