Mohon tunggu...
Filly Qurrata A'yun
Filly Qurrata A'yun Mohon Tunggu... -

Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Anak Pada Usia 3 Tahun Pertama

22 Maret 2015   19:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada beberapa bayi yang mati pada awal kelahiran, tapi untungnya sebagian besar bayi hidup, berkembang dengan normal dan tumbuh sehat. Prinsip perkembangan Sebagaimana periode sebelum kelahiran, perkembangan dan pertumbuhan fisik mengikuti prinsip cephalocaudal dan proximodistal. Merujuk pada prinsip cephalocaudal, pertumbuhan bergerak dari atas kebawah. Karena otak tumbuh dengan sangat cepat sebelum lahir, maka besar kepala bayi yang baru lahir selalu tidak proporsional. Kepala tersebut akan menjadi proporsional seiring dengan pertumbuhan tinggi anak dan perkembangan tubuh bagian bawah. Perkembangan sensoris dan motornya juga merujuk prinsip yang sama: bayi belajar untuk menggunakan tubuh bagian atasnya sebelum bagian bawah. (http://13107shs.blogspot.com/2014/06/perkembangan-fisik-anak-3-tahun-pertama.html)

Proses kelahiran adalah momen yang ditunggu-tunggu orangtua untuk melihat kelahiran seorang anak yang sangat didambakan kehadirannya di muka bumi ini. Momen yang sangat sayang jika dilewatkan oleh sepasang suami isteri. Ada beberapa metode dalam kelahiran diantaranya persalinan normal, persalinan dengan alat bantu, persalinan di air dan operasi caesar. Masing-masing dari metode-metode ini memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri, tergantung kondisi sang ibu dan bayi. Pada umumnya seorang bayi yang baru saja dilahirkan mengeluarkan ekspresi dengan cara menangis. Hal ini sangat wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. Hal ini terjadi karena bayi pada saat dilahirkan merasa terkejut karena menghirup udara yang baru setelah berada dalam rahim ibu selama berbulan-bulan. Dan cara bayi mengekspresikannya dengan menangis.

Pemberian ASI atau susu formula kepada bayi sangat dianjurkan sampai bayi tersebut berusia sekitar 2 tahun (24 bulan). Karena sumber nutrisi bagi bayi terkandung dalam ASI ataupun susu formula. Akan tetapi, ASI lebih baik daripada susu formula terhadap perkembangan kesehatan bayi. Susu formula memiliki resiko lebih besar terkontaminasi dan tidak bersih karena diproduksi menggunakan mesin. Sedangkan ASI memiliki resiko yang sangat kecil dalam hal terkontaminasi, dikarenakan pemberian ASI dari ibu langsung kepada bayi. Pemberian ASI kepada bayi terbukti memberikan kebaikan bagi sang bayi dan juga bagi sang ibu. Seorang ibu yang menyusui bayinya sendiri memiliki resiko yang rendah menderita kanker payudara. Sementara itu, bayi yang mengkonsumsi ASI memiliki resiko yang lebih rendah terhadap infeksi saluran pernapasan. Dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan lain dalam pemeberian ASI kepada bayi.

Perkembangan fisik yang terjadi pada bayi meliputi tinggi dan berat badan, otak, gigi, organ keinderaan serta fungsi-fungsi psikologis. Indera yang pertama kali berkembang adalah indera peraba, kemudian pada 2 minggu setelah kelahiran indera penglihatan pun berkembang, selanjutnya pada bulan keempat dan kelima berkembang indera pencium dan perasa, kemudian diikuti indera pendengaran.

Sepanjang masa pertumbuhan anak, terjadi koneksi antar 100 miliar sel-sel ini. Koneksi terjadi ketika anak mengalami sesuatu yang baru dengan melibatkan indera mereka. Menimang, berbicara, senyum, serta memperkenalkan bayi pada pandangan, bau, dan rasa baru dapat mensimulasi koneksi sel-sel otak. Semakin banyak pengalaman ini diulang, semakin kuat koneksi yang terbentuk. Hanya pengalaman yang positif yang membantu perkembangan otak anak, sedangkan pengalaman negatif dapat menyebabkan masalah emosional, perilaku, dan pembelajaran. Pada sekitar umur 3 tahun, koneksi antar sel ini paling banyak terjadi. (http://id.theasianparent.com/bagaimana-cara-maksimalkan-perkembangan-otak-anak/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun