Pekerjaan ku saat ini, membuat salah satu aktifitas ku adalah sering bolak-balik ke Gedung Putih Provinsi. Yap, ke Kantor Gubernur Sulawesi Utara. Dalam seminggu bisa beberapa hari saya harus kesana untuk membawa tagihan pembayaran dan mengecek apa sudah di approve untuk kemudian dibayarkan.
Tentu saya sadar, tidak seperti instansi swasta dimana kita sudah punya kesepakatan hari jatuh tempo pembayaran. Kalo ke Kantor Pemerintahan, kita mesti sabar dengan prosedur dan peraturan yang sudah diatur.
Jujur saja, awal2nya aku kesal super duper dah...
Kerjaan ku banyakan duduk manis menunggu dan menunggu,,sudah seharian menunggu pun seringnya menerima jawaban, "Maaf, belum ada pembayaran untuk tagihan anda"..
Sudah begitu, wajahku ini sudah berhias senyum dengan suara nan ramah,,eh, si petugasnya bak algojo yang siap membantai,.,
Ada yang malah merasa seprti terganggu dengan kehadiran kami2. Lah, terlalu sulit kah untuk tersenyum? Meski tak tulus sekalipun,,
Untung lah, dari 10 petugas hanya 3-4 yang urat senyum nya korslet,,yang lain justru sebaliknya,,ramah, lemah lembut dan pengertian. Sabar menghadapi para penagih yang berjubel di depan meja penerimaan tagihan.
Perlu dicatat, Gedung Putih SULUT ini unik. Terlihat dari luar, mungkin biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tidak terlihat mewah. Hanya sebuah gedung besar dan luas, yang dicat putih.
Tapi dalamnya,,ini dia yang unik, Gedung yang kalo gak salah terdiri dari3-4 lantai ini, SAMA PERSIS di setiap lantainya. Letak ruangnya, lorong2nya..pokoknya, serasa memasuki labyrinth 3-4 lantai,,salah salah-nyasar seharian.
Pas awal2 bertandang, tak perlu heran,,aku sering kali nyasar.
Syukur memang, masih bisa ketemu dengan PNS yang baik nan ramah, sabar menerangkan lorong2 yang menjebak itu..
Pantesan maling gak berani masuk,,
Atau sudah pernah ada maling yang nekat masuk, tapi mati nyasar duluan.
Oh, My My..Aku kesini juga untuk menagih bukan untuk tersesat....
Tapi, kerjaan adalah tanggung jawab jadi mesti dijalanin juga..
Sekali dua kali terjadi, akhirnya menunggu menjadi waktu yang pas untuk melihat kiri kanan.
Menikmati setiap orang yang datang dan pergi.
Ada yang datangnya bete2,,pulangnya tersenyum cerah, permohonan permintaan dananya di kabulkan,,cair deh...(Selamat yaaa)
Ada pula yang marah,,,"Uuuhh,,,Kita so brapa puluh kali bale-bale kamari,,datang dari jaoh-jaoh ley,,cuma tre da jawab akang, Bulum cair Ibu,nanti cek ulang jo besok neh.." "Dorang kira stow ni doi cuma ja pete dari pohong"
(Uuuh, saya sudah berpuluh kali datang kesini, mana datang dari jauh pula,,eh cuma dikasih jawaban; "Belum terbayar Bu, nanti bisa cek lagi besok"...Mereka pikir, uang untuk transport ini cuma dipetik dari pohon??)
Sabar bu...
Kasihan juga sih,,,
Barulah kemudian saya mulai tanya2,,apa saja tagihan yang masuk kesini (Utk catatan, tagihan kantor kami masuk ke Pos Bantuan, jadi berjumpa dengan semua pihak "pemohon bantuan")
Ternyata, Pos yang super sibuk ini melayani permintaan biaya untuk:
1. Proposal permintaan bantuan utk pembangunan;
1a. Tempat Ibadah
1b. Tempat Sekolah
1c. Sarana Umum dari Biro2 pemerintahan
2. Proposal permintaan Bea siswa
3. Proposal permintaan biaya utk Seminar, Tim Kesenian berkunjung ke Luar Daerah-Negeri, Ibadah Raya (Untuk semua Agama), dan lain2
Kalo bagian yang pertama, memang sudah tidak asing lagi.. , yang ke 3 juga, kayaknya memang masih tepat,,maklum, kalo pun ada Tim Kesenian berangkat, disamping membawa nama pribadi dan klub,mereka juga mewakili Daerah..
Nahh yang nomor 2 ini,,,
Artinya, setiap hari ada antrian panjang Mahasiswa yang menanti permohonan bea siswa nyadikabulkan..
Murni karena iseng (daripada bengong nunggu giliran), Aku menuju ke meja penerimaan berkas,,dibalik kaca terlampir persyaratan untuk mengajukan permohonan bea siswa.
Selain berkas2 dukungan dari Universitas/Kampus tempat mereka berasal, harus ada pula keterangan bahwa mereka memang benar berasal dari keluarga kurang mampu..
Hmm, sayang,,definisi "Kurang Mampu" tidak dijabarkan..
Yang menarik,,di sepanjang antrian para mahasiswa,,barangkali hanya 1 dari 10 (ini angka asli, karena untuk bisa masuk ke dalam ruangan Biro Keuangan, mesti ber10,,gak boleh lebih.,,bisa mati sesak napas kalo kebanyakan orang yang masuk, plus,,,tahulaah,,,siang2 bau badan setiap orang bercampur,,,AC 12 unit juga bisa gak mampu kan?) yang bisa dibilang "kurang mampu"
Selebihnya??
wih,,hebat, dandanannya yahud2 (ini mahasiswa apa artis2 daerah yang masuk utk ambil no urut pentas?)
dan yang tak kalah penting,,semua ber hape ria..and guess,,bukan hape "rakyat jelata", tapi yg high class, sebangsa Blackberry, IPhone atwpun Smartphone lainnya.
Iya sih, hape jaman sekarang banyak yang harganya merakyat,,tp BB dan IPhone kan enggak..awalnya kupikir, ntu hape BBan, Iphonenan,,, alias yang bangsa2 tiruan gitu,,oh no,,asli maan..
lalu, dari mananya yang kurang mampu:
1. Dandanan bukan seperti anak kuliahan (kuliah dimana kalo bajunya rata2 tipis setipis jeruk nipis, pendek se"paha" bukan lagi selutut")
2. Outfitnya ber merk, (di bilang bermerk, karena mereknya memang jelas terbaca,,nampang banget; Volcom, Billabong, dll..maap, gak melek merk fashion). Entah asli apa tiruan lagi.
3. Gadget lengkap, tangan satu megang Hp (yang gak pernah bunyi) satu lagi nentengin ipod, mp3 atw mp4 player.
4. gaya nya, angkuh2 (pd umumnya) dengan kepala terangkat, mahal senyum. Entah karena kepalanya gak bisa noleh kebawah, dan lagi sakit gigi...
Lalu???
ada juga, yang masuk untuk urus berkas bea siswa dianterin mama/tante/sodara/kenalan yang berseragam (maaf) PNS...lho, Koq?
Petugasnya sih sudah sengaja nyindir; koq masih ngurus bea siswa sih? emang gaji mama papa kurang?
Eh, yang di sindir cuek2 monyet, malah minta supaya anaknya dicepetin urusannya...
(Sering kita mengira ada petugas2 yang suka main2, padahal sebenarnya mereka sudah berusaha sebaik mungkin menjalankan tugasnya, justru "teman2" mereka dari "dinas-divisi" yang berbeda, yang karena merasa penghuni Gedung yang sama, jadi bisa nyuruh ini itu....)
Hhhh, dan parahnya,,beberapa wajah yang ngantri itu, pernah kulihat berbaris dijalan dan Vocal berorasi, memprotes ini itu ketika ada peraturan pemerintah yang baru.
Aneh, ketika ikutan Demo, semua argumen dikeluarkan.
Menyebut pemerintahan gak becus, salah disini disana, pemerintah si ini korupsi, dan lain2,,,
Lalu, orang2 yang sama yang berduyun mengurus permohonan Bea Siswa utk kelanjutan Kuliahnya.
Astaga, jadi (dengan kesimpulan ku yang sederhana saja) beberapa orang ini meminta uang negara untuk menimba ilmu, dan dari ilmu yang ia dapat, digunakan untuk demo anti pemerintah?
Astaga, sekolah dimana anak itu ??(maaffffff...bukan sekolahnya sih yang salah)
Ketika ada kebijakan baru, berduyun2 demo dan menunjukkan seolah jauh lebih pintar dari siapa saja yang bekerja sebagai wakil rakyat di Gedung Putih.
Padahal, sekolah saja belum selesai.
Kurang tahu, mungkin di Propinsi lain ada juga yang begitu..
Bela2in ngurus bea siswa demi bisa melanjutkan kuliah, entah karena memang orang tua kurang mampu secara finansial, atw suka2 aja minta uang dari pemerintah (karena merasa itu adalah uang dari rakyat untuk rakyat), tapi ketika lagi musim demo,,,semua turun berorasi berkoar2 menunjuk2 kejelekan.
Pemerintahan yang mereka hujat itu yang menyekolahkan mereka (sebagian)...
Lalu, tanpa takut dan malu, meghujat dan meghina Pemerintahan yang sama yang berupaya memberi mereka kualitas pendidikan yang baik.
Sebagian dari siswa2 itu aktif dalam LSM swadaya, yang memperjuangkan hak2 rakyat (katanya), menyebut2 Pemerintah tidak peduli dengan penderitaan rakyat..
Rakyat yang aneh,,,diberi makan (dana bantuan pendidikan) malah balik marah2.
Besok, ada kejutan apalagi ya di antrian pemohon bantuan dari Gedung Putih..
Pak Gub, selamat tetap bekerja...
Sedikit saja yang kupelajari dari riak pekerjaan Gedung ini, ternyata sebenarnya banyak memberi pertolongan kepada rakyatnya,,namun hanya segelintir saja yang tahu berterima kasih...
Penasaran dengan yang akan kulihat besok.....
(Semoga tulisan ini tidak menyinggung siapapun,,karena tidak kusebutkan nama siapapunn,,dan tulisan ini berasal dari pengamatan ku pribadi...Mungkin daya tangkapku tak sama dengan pembaca dan pihak yang merasa pernah berada dalam antrian itu,,,Sekali lagi, Maaf)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H