Mohon tunggu...
Filke Lay
Filke Lay Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Duka Kabut Asap Riau

21 November 2015   23:33 Diperbarui: 21 November 2015   23:33 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kabut asap Riau seakan tak berujung. Setiap hari ribuan penduduk harus hidup dengan menghirup asap yang seakan-akan telah mengepung wilayah Riau. Orang tua, remaja, anak-anak bahkan bayi harus menanggung hal tersebut akibat kebakaran hutan yang tak kunjung berakhir. Apakah masyarakat Riau hanya bisa terus menunggu dimana semakin hari asap semakin menggorogoti tubuh mereka ? Dimanakah peran Pemerintah akan masalah tersebut ?

Kota Riau seakan telah tenggelam dalam lautan asap. Tidak ada lagi tempat bagi masyarakat untuk bernapas lega. Kabut asap mengakibatkan banyak masalah dan kesulitan yang harus dihadapi oleh masyarakat Riau. Segala kegiatan sehari-hari yang sebelumnya dapat dilakukan dengan baik tanpa gangguan kini menjadi terkendala akibat kabut asap tersebut.

Dampak negatif yang diberikan oleh  kabut asap Riau sangat banyak seperti mempengaruhi perekonomian Indonesia, menyebabkan polusi udara, menyebabkan masyarakat terjangkit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), mengambil habitat binatang yang hidup di hutan dan masih banyak lagi dampak negatif yang diberikan oleh kabut asap tersebut. Namun dampak miris yang terjadi akibat kabut asap tersebut yaitu diduga telah menyebabkan 2 bocah di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, Mulya (12) dan Habibi (6) meninggal dunia.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau mengaku belum mendapat laporan terkait meninggalnya 2 bocah yang masih mempunyai hubungan keluarga itu. Sementara itu, kerabat 2 bocah tersebut, Adriyanto dalam keterangan persnya menyatakan bahwa, keponakannya meninggal karena terpapar asap yang sudah 4 bulan menyelimuti Riau. Atinah, ibu dari Mulya kepada wartawan menyebutkan, anaknya mulai sakit-sakitan sejak Riau diselimuti kabut asap pekat. Karena kondisinya mengkhawatikan, Mulya kemudian dibawa ke rumah sakit. Menurut dia, anaknya sebelum meninggal mengalami sesak napas, kejang, dan muntah. Tak hanya itu, sang anak juga disebut mengeluarkan darah dari hidung.

Hal serupa juga terjadi pada korban Habibi. Dia sebelum meninggal juga mengalami sesak, kejang, muntah, hingga hidungnya mengeluarkan darah. Pada saat dirumah sakit pada paru-paru Habibi  sempat dikeluarkan cairan hitam yang berdasarkan keterangan dokter akibat kabut asap. Dari surat keterangan dokter, ungkap Kurnain, ditulis penyebab anaknya meninggal karena bronkopneumonia. Penyakit ini adalah peradangan umum paru-paru, yang disebabkan oleh pencemaran, baik pencemaran udara, air maupun tanah.

Hal tersebut merupakan salah satu contoh dampak miris dari kabut asap Riau yang tak kunjung padam. Tentunya hal tersebut membawa kesedihan yang mendalam bagi masyarakat Riau terlebih keluarga korban. Sebab hal tersebut mungkin saja tidak terjadi jika masalah kebakaran hutan lekas di tangani oleh pemerintah.

Kita semua berharap semoga tidak ada lagi korban selanjutnya akibat kabut asap tersebut dan semoga pemerintah dapat menangani masalah tersebut secepat mungkin sehingga masyarakat Riau dapat kembali menghirup udara yang bersih dan sehat tanpa kabut asap lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun