Mohon tunggu...
Angelo Silesio
Angelo Silesio Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Menjadikan Demokrasi Dewasa

24 Februari 2017   09:49 Diperbarui: 24 Februari 2017   10:18 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demokrasi, sekali lagi demokrasi adalah harapan semua bangsa di dunia. Hampir semua negara menginginkan agar demokrasi terus hidup, karena membawa nilai-nilai perjuangan yang berasal total dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Esensinya demokrasi harus sepenuhnya diberi wewenang kepada rakyat. Tetapi rakyat perlu ada pemimpin untuk mengatur dan mengadministrasi 'hidup'nya demokrasi di tanah air ini. Hal ini tidak berarti bahwa demokrasi harus sepenuhnya dipimpin oleh negara, dalam hal ini pemerintah. Pemerintah bersama dengan seluruh elemen masyarakat harus menjaga nilai-nilai demokrasi tetap hidup dan berkembang. 

Bagaimana dengan demokrasi kita saat ini? Demokrasi sedang dalam tantangan dan mungkin juga ancaman. Sebagai sebuah tantangan, demokrasi kebablasan seperti yang diserukan oelh Presiden Jokowi tentu dapat dibenarkan. Masyarakat dengan caranya sendiri menafsirkan dan mengejawantahkan demokrasi dengan pembenaran isu-isu sosial yang menghambat harmonisasi hidup berbangsa dan bernegara. Kepentingan partial, golongan, kelompok lebih diutamakan sembari melegalkan tindakan -tindakan kekerasan, atau main hakim sendiri, tidak taat hukum. Di samping itu juga, pernyataan Prof Refly perihal kedewasaan berdemokrasi masih memprihatinkan. Untuk itu dibutuhkan didikan supaya semakin dewasa. Kesediaan untuk mendengarkan, menghargai perbedaan harus menjadi fokus utama. \

Tampilnya Presiden Jokowi dengan pernyataan "demokrasi kebablasan" dapat dimaknai sebagai sebuh otokritik untuk kita semua. Kritik menjadikan Indonesia dewasa dalam demokrasi sangat diperlukan. Tugas pemerintah adalah menjadikan demokrasi dalam nafas keIndonesiaan; di mana menghargai perbedaan, mementingkan kepentingan rakyat banyak, mengutamakan keadilan sosial dan kesejahteraan umum; bukan lebih mengutamakan kelompoknya. Sektarianisme dan sentimen-sentimen partial seharusnya bukan prioritas lagi. Rakyat sudah "muak" melihat berbagai tindakan-tindakan kekerasan dan arogansi-arogansi partial demi kepentingan kelompok tertentu saja. 

Mari kita belajar berdemokrasi, sehingga demokrasi menjadi semakin dewasa, sehingga kesejahteraaan rakyat dapat terwujud siapan pun pemimpinnya. Kebersamaan sebagai Indonesia menjadi tuntutan global, manakalah berhadapan dengan aneka gempuran globalisasi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun