Mohon tunggu...
Filipus A. G. Suryaputra
Filipus A. G. Suryaputra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang Dosen Akuntansi yang mencoba berkontribusi lewat tulisan. 😃

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Merasakan Kelangkaan Minyak Tanah di Kota Kupang

10 Maret 2023   11:00 Diperbarui: 10 Maret 2023   10:59 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Filipus Argentano Guntur Suryaputra, S.E., M.Ak.

Perkenalkan, saya Filipus Argentano Guntur Suryaputra Dosen Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) Universitas Nusa Cendana Jurusan Akuntansi yang berasal dari Solo, Jawa Tengah yang merantau ke Kota Kupang dengan mengajak Istri. Kota tersebut memiliki semboyan KASIH (Kupang Aman Sehat Indah Harmonis)

Belum genap 1 Tahun sejak Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT), Kami dan sebagian besar Warga kelurahan Liliba mengalami satu masalah tentang kelangkaan mendapatkan Pasokan Minyak Tanah. Minyak tanah, di Kota Kupang masih mendapatkan subsidi yang besar dari Pemerintah seharga Rp. 4.000 rupiah perliter di Pangkalan Minyak Tanah. Namun, saat minyak tanah langka dan persediaan di Pangkalan sedang kosong. Harga di Toko Pengecer menjadi sangat mahal satu Botol  1,5 Liter di jual seharga Rp. 20.000.

UMKM dan Industri Rumah Tangga disini terdampak diakibatkan kelangkaan Minyak Tanah, salah satu warga yang saya wawancarai berkata: 'Saya kesulitan menjual Gorengan dikarenakan untuk  mendapatkan Minyak Tanah saja, lebih dari 4 pangkalan, persediaan minyak tanahnya habis.'

Salah satu penyebab kelangkaan minyak tanah yang terjadi diakibatkan oleh BPH Migas memerintahkan untuk mengurangi distribusi Minyak Tanah sedangkan Konsumsi Minyak Tanah Kota Kupang meningkat dikarenakan meningkatnya aktivitas ekonomi warga sekitar.

Penulis berharap penyaluran minyak tanah semoga kembali normal seperti sedia kala sembari menunggu konversi minyak tanah berubah menjadi Gas LPG atau bahkan juga Kompor Listrik kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun