Berangkat dari rasa keprihatinan terhadap para remaja yang kerap kali terjadi di dunia dewasa ini, memaksa mengajak saya mempersembahkan tulisan untuk remaja-remaja yang kurang menunjukan sifat atau rasa cinta kasih dari keluarga gereja kepada orang lain dengan landasan kasih Tuhan Yesus. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi remaja sehingga kurang memberikan cinta kasih kepada masyarakat luas . Maka usaha saya lewat tulisan ini, kembali mengingatkan orang-orang muda yang masih tidur untuk bangun, agar bersiap-siap karena masih banyak yang harus di benah, baik sikap remaja terhadap media sosial, gereja hingga masyarakat.
Manusia secara alami memiliki rasa cinta akan dirinya sendiri, di mana secara alam bawa sadar membawa manusia pada sebuah cinta yang tidak bisa ditinggalkan oleh pribadinya. Maka seperti perintah Tuhan Yesus, Matius 7;12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Penegasan akan Bacaan Injil di atas kepada semua orang yang belum menunjukan kasih-Nya kepada sesama. Sehingga menjadikan dasar, bahwasanya demikian juga cara setiap individu memperlakukan orang lain seperti dirinya sendiri.
Di dunia yang banyak tawaran akan perubahannya memberi setiap orang ruang masuk agar tergiur akan segala tawaran mereka. Contohnya teknologi (Medsos), banyak dari kita khususnya remaja menjadikan teknologi (Medsos) sebagai ajang saling menunjukan siapa yang paling berkualitas, baik dari segi sosial, ekonomi, hingga fisik. Kesibukan pada dunianya sendiri sudah menjadi pekerjaan para remaja, di mana melupakan segala sesuatu yang berada di dekat mereka yang pada dasarnya lebih bermakna daripada sibuk dengan dunia lain. Di dalam bacaan Injil, Matius 22:37-39 membahas tentang Hukum Kasih kepada Allah dan sesama. Mau ditegaskan bahwa Tuhan mengajak kita untuk mewujudkan keadilan di dalam hidup bersama yang menjadi kerinduan akan semua orang.
Berjalannya waktu seiring dengan perkembangan teknologi, membuat manusia semakin jauh mengenal Hukum Kasih yang diberikan Tuhan. Mengabaikan sesuatu yang dasarnya bersifat rohani, dan mengedepankan dasar bersifat jasmani, hingga muncul ketidakseimbangan sebelah antara rohani dan jasmani. Ketidakseimbangan inilah yang menjadi pemicu akan hidup yang kurang baik, sehingga segala upaya harus terus diberikan baik yang bersifat rohani maupun jasmani. Pada akhirnya, para remaja sendiri yang bisa menentukan ketidakseimbangan hidup itu sendiri. Jadi, teruslah berusaha bagi Anda para remaja yang masih belum selesai menyeimbangkan hidup, karena pada prinsipnya masih banyak jalan menuju sebuah titik yang ingin kita kejar. Â
Terlepas dari ketidakseimbangan para remaja, Gereja Katolik selalu berusaha memberikan titik temu bagi mereka yang selalu mencari. Para remaja selalu menjadi harapan untuk masa depan gereja, untuk ambil bagian dalam keberlangsungan pertumbuhan dan kehidupan gereja. Sehingga sebagai anggota tubuh Kristus, para remaja harus ikut berperan aktif dan bertanggung jawab sebagai fungsi dalam gereja. Maka diharapkan dari masing-masing remaja memiliki kesadaran akan keterlibatannya dalam gereja, agar pembinaan terhadap Bina Iman Remaja menjadi sesuatu yang identik dari Gereja katolik.
Gereja memberikan usaha lewat sarana Bina Iman Remaja, agar remaja ikut berperan aktif dalam perkembangan gereja. Sebuah elaborasi akan Bina Iman Remaja juga memberikan tujuan agar setiap remaja menunjukan kelebihan atau kemampuannya sehingga mampu mendapatkan asuransi dari gereja untuk dikembangkan. Dari segala usaha yang di bangun para remaja dalam Bina Iman Remaja, agar memberikan Hukum Kasih terhadap orang lain non Katolik.Â
Hukum Kasih menjadi dasar Iman Katolik, untuk mencapainya membutuhkan para remaja yang berperan sebagai masa depan gereja. Para remaja diharapkan untuk memberikan Kasih kepada orang lain, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus kepada para murid. Hal ini akan sangat kontekstual ketika para remaja tidak memandang dalam sebuah pertemanan, menghargai setiap agama, menjadikan media sosial sebagai sarana perkembangan iman Katolik kepada orang lain. Sehingga pada akhirnya keluarga gereja menjadikan para remaja menjadi orang-orang yang berguna, baik kepada Allah maupun sesama.Â
     Kesimpulan akhir, setiap kehidupan harus merujuk kepada keseimbangan antara rohani dan jasmani, sehingga tidak terlepas pada usaha yang ingin selalu di bangun setiap individunya. Maka berjuanglah sampai titik di mana Anda membuat keseimbangan dalam kehidupan, karena hidup tidak semudah menyatakan cinta Anda kepada orang yang Anda sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H