Mohon tunggu...
Filens Krispian
Filens Krispian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar / Mahasiswa @risno_ose

mempunyai hobi bermusik, olahraga dan mengisi waktu senggang membaca buku.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gereja Katolik dan Bangsa Indonesia

3 Maret 2024   20:34 Diperbarui: 3 Maret 2024   20:39 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Melihat begitu rinci penjabaran yang diberikan oleh beberapa Uskup dan Kardinal mengenai Katekese Kebangsaan. Saya tertarik dengan pendapat yang dijabarkan Kardinal Suharyo mengenai Katekese Kebangsaan dengan mengambil sebuah semboyan terkenal. Sehingga saya mendapatkan satu hal  menarik dalam penjabaran Kardinal Suharyo yakni;

  • Kebanggaan kepada umat katolik karena memiliki warisan berharga berupa semboyan yang begitu mempesona dari Mgr. Albertus Soegijapranata tentang 100% Katolik dan 100% Indonesia. 

Perumusan mengenai 100% Katolik adalah bagaimana bertumbuh dalam panggilan Tuhan untuk menjalankan setiap panggilan yang dimiliki setiap orang dengan sukacita semangat pelayanan dan tanggung jawab, sehingga tidak lagi mementingkan kepentingan sendiri melainkan kepentingan bersama. Maka perumusan ini mau merujuk kepada panggilan setiap orang yang harus diusahakan dengan sukacita.

Maka penjabaran yang diberikan oleh 100% Indonesia adalah  bersyukur atas setiap sejarah yang dilalui, dengan mempercayai bahwa Allah memimpin bangsa Indonesia untuk bertumbuh dalam kesadaran sebagai bangsa yang peduli. Dengan itu  penjabaran mengenai 100% Indonesia, merujuk kepada watak peduli setiap manusia dalam menghargai setiap sejarah bangsa Indonesia.

Setelah mendapatkan insight mengenai Katekese Kebangsaaan oleh Kardinal Suharyo, sehingga membawa saya kepada hubungan Katekese Kebangsaaan dengan calon Imam Katolik. Berbicara mengenai calon Imam Katolik berarti mau menjelaskan semua orang yang tengah menjalani masa formatio kehidupan calon Imam Katolik, termasuk para Seminaris dan saya sendiri. 

Saya menemukan beberapa hubungan antara Katekese Kebangsaan dengan calon Imam dengan mengambil insight dari Kardinal Suharyo. Semua orang memiliki jalan masing-masing dalam menjawab panggilan termasuk calon Imam. Berdasarkan Katekese Kebangsaan menjelaskan bahwa, menjadi calon Imam seharusnya bertumbuh, mencintai, bertanggung jawab atas panggilan yang telah diterima. Sehingga bukan lagi mengedepankan kepentingan sendiri, melainkan mengedepankan kepentingan bersama. Dikaitkan dengan calon Imam seorang Seminaris, sangat nampak hubungan akan menjalankan panggilan dengan sukacita dan bertanggung jawab. Hal mengenai sukacita dan bertanggung jawab mau merujuk kepada tawaran bahwa setiap panggilan itu berharga, dengan begitu kedisiplinan atau aturan Seminari menjadi batasan agar tidak "tersesat". Maka sukacita dan tanggung jawab membawa kita  akan satu hal yakni membangun diri untuk taat dalam aturan. Dengan begitu, mau menunjukan sikap menghargai panggilan yang telah kami terima. 

Selanjutnya membahas hubungan 100% Indonesia dengan calon Imam. Sebagai masyarakat yang peduli akan negara, sikap masyarakat menunjuk kepada cinta tanah air. Sama hal dengan calon Imam, harus menunjukan sikap cinta tanah air kepada negara Indonesia. Harus mempunyai rasa syukur atas sejarah bangsa, dengan menumbuhkembangkan cinta tanah air tersebut, dengan menjadi bangsa yang peduli. Calon Imam harus menjadi patron utama dalam Gereja Katolik untuk mengajak umat agar mengambil bagian dalam partisipasi untuk negara Indonesia, dengan mengajak umat mengambil bagian dalam pemilihan umum. Yang tidak kalah penting adalah, menjadi calon Imam harus peduli terhadap sekitarnya terlebih dahulu. Maka contoh yang bisa diambil adalah  memungut sampah di Seminari, membersihkan kamar tidur dan WC merupakan sebuah tindakan nyata dalam porsi yang sangat kecil.

Usaha akan menghianati hasil, ketika kita tidak mengusahakan dan mengembangkan secara baik. Maka, usaha akan menjadi sebuah emas, kalau usaha yang dibangun benar-benar sungguh-sungguh diusahakan. Seperti Katekese Kebangsaan akan menjadi baik, ketika kita menumbuhkembangkannya dari usaha, sikap peduli, ataupun niat-niat kecil. Akan terasa biasa kalau tidak diusahakannya Katekese Kebangsaan. Maka sebagai calon Imam, mestinya kita menjadi orang-orang yang bisa memberikan contoh kepada orang lain. Tetapi, bukti nyata selama ini calon imam juga manusia yang masih terus memperjuangkan panggilannya. Tantangan demi tantangan datang mendobrak panggilan untuk tidak setia seorang imam. Maka, seorang calon imam terus mengusahakan kekudusan sebagai calon yang dipilih oleh Tuhan. Akhirnya kata, calon Imam merupakan manusia biasa dengan berbagai porsi kerapuhan sendiri dipilih oleh Dia menjadi bibit-bibit yang terus dirawat untuk mempersiapkan masa depan Gereja Katolik. mau menjelaskan bahwa semua orang mempunyai hak bebas atas dirinya sendiri untuk menentukan pilihannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun