Mohon tunggu...
Fildzah Ayu Shabrina
Fildzah Ayu Shabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai Mahasiswa adalah kesibukan saya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membangun Kesadaran Politik: Mengapa Gen Z Masih Terjebak dalam Ketidakpedulian?

8 Januari 2025   19:30 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:29 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika mendengar kata "gen z", rasanya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Mereka adalah generasi yang lahir ditengah kemajuan teknologi pesat, namun juga sering dipandang sebagai generasi yang sulit terlibat dalam dunia politik. Namun, apakah hal ini benar?

Gen z sering dianggap sebagai generasi problematik dengan istilah "mental tempe", beberapa masalah yang sering dialami gen z antara lain berkaitan dengan kerjaan, loyalitas, burnout, mental health, tidak sabaran, dikit-dikit butuh healing, mencari drama, dan banyak maunya. Tapi ini bukan salah mereka. tekanan zaman, situasi yang memaksa, serta era postmodernisme yang membanjiri mereka dengan informasi adalah faktor utamanya. Generasi yang tumbuh bersama internet dan media sosial ini sering dianggap sebagai penggerak perubahan. Di tengah arus informasi yang deras dan kemudahan akses ke berbagai platform digital, generasi Z seharusnya menjadi suara yang paling berdaya dalam demokrasi. Namun ironisnya, banyak dari mereka yang masih terjebak dalam ketidakpedulian terhadap politik, seolah-olah mereka adalah penonton dalam permainan yang seharusnya melibatkan mereka secara aktif. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada keadaan ini adalah kurangnya pendidikan politik yang memadai.

Menurut survey, ditemukan bahwa 59,8% anak muda Indonesia tertarik dengan politik, dengan rincian 52% mengaku tertarik dan 7,8% sangat tertarik. Namun, meskipun minat terhadap politik cukup tinggi, banyak individu dalam generasi z yang kurang melek dalam politik, meskipun mereka merupakan kelompok pemilih yang besar dan berpotensi kuat dalam memanfaatkan media massa. Pendidikan politik di kalangan Gen Z di Indonesia masih sangat minim. Data menunjukkan bahwa meskipun 87,2% dari Gen Z ingin berpartisapi dalam pencoblosan saat pemilu, hanya sekitar 16% saja yang mengikuti pendidikan politik. Sebagian besar Gen Z tampaknya masih belum menyadari betapa pentingnya partisipasi politik. Mereka sering kali tidak menyadari peran lembaga pemerintah dan dampak keputusan politik terhadap kehidupan sehari-hari. Kurangnya pemahaman ini dapat menyebabkan sikap apatis dan pelepasan diri (disengagement), yang dapat berdampak buruk terhadap proses demokrasi di suatu negara.

Faktanya, Gen Z memiliki potensi besar untuk mempengaruhi hasil pemilu dan arah politik negara. Dengan partisipasi aktif, mereka dapat mengubah arah politik dan memilih pemimpin yang dapat mewakili nilai dan kepentingan mereka. Namun, untuk melakukan ini, mereka perlu mengembangkan literasi politik yang lebih tinggi agar dapat menghasilkan kandidat dan platform mereka secara kritis. Di tengah banyaknya informasi yang beredar di media sosial dan dunia maya, generasi muda sering kali merasa bingung dan apatis terhadap politik. Dengan kemajuan teknologi digital, generasi ini cenderung lebih mudah menggunakan media sosial dan platform yang berani untuk berbagi informasi, berdiskusi, dan mempengaruhi opini publik. Namun, Banyak dari mereka yang lebih tertarik untuk berbicara tentang tren, selebritas, atau kehidupan pribadi di media sosial, sementara isu-isu politik dan sosial seolah tidak terlalu relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Padahal, generasi z ini memiliki peran yang besar dalam menentukan masa depan bangsa. Pendidikan politik di sekolah dan kampus harus bisa lebih dari sekadar teori tentang bagaimana sistem pemerintahan bekerja. Pendidikan harus mampu menyentuh isu-isu yang memang nyata dan dekat dengan kehidupan mereka. Misalnya, bagaimana kebijakan pemerintah mempengaruhi pendidikan mereka, lapangan pekerjaan, atau isu lingkungan yang semakin gawat seperti polusi dan perubahan iklim. Dengan mengaitkan pelajaran politik dengan realitas sehari-hari, generasi muda bisa lebih mudah memahami kenapa mereka perlu peduli dan berpartisipasi dalam politik.

Namun, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kenyataan bahwa banyak informasi yang beredar di dunia maya seringkali tidak terverifikasi dan cenderung menyesatkan. Banyaknya hoaks dan berita palsu yang beredar membuat pemuda yang tidak tahu menahu jadi ragu dalam mengambil sikap. Dalam hal ini, seperti yang disarankan oleh tokoh pendidikan seperti John Dewey dan Paulo Freire, pendidikan harus mendorong pemikiran kritis, yang dapat membantu menciptakan perubahan positif di masyarakat. Pendidikan yang relevan berarti materi yang diajarkan harus sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi generasi muda saat ini. Oleh karena itu, pendidikan yang mengajarkan mereka untuk berpikir kritis dan cermat dalam memilih sumber informasi sangat diperlukan. Jika pemuda tahu bagaimana cara menilai informasi dengan baik, mereka akan lebih mudah melihat kebenaran dan terhindar dari manipulasi.

Selain itu, Generasi muda perlu dibimbing untuk memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Dalam demokrasi, setiap suara itu penting, termasuk suara mereka. Jika pemuda merasa tidak berdaya atau tidak tahu bagaimana cara ikut berkontribusi, mereka akan semakin jauh dari partisipasi politik. Pendidikan yang mengajarkan mereka cara untuk terlibat baik itu dengan memilih, berdiskusi, atau terjun dalam aktivitas sosial dapat membantu mereka merasa bahwa politik itu bukan sesuatu yang jauh, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang relevan juga perlu menumbuhkan rasa empati dan pemahaman terhadap isu global. Tidak hanya masalah dalam negeri, banyak tantangan yang kita hadapi, seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, atau konflik antarnegara. Generasi muda harus tahu bahwa mereka hidup dalam dunia yang saling terhubung, dan tindakan mereka bisa memberikan dampak, baik lokal maupun global.

Apasih efeknya jika pemuda saat ini tidak peduli dan tidak ingin terlibat dalam politik?

Jika generasi muda terus mengabaikan dunia politik, dampaknya akan terasa sangat besar di masa depan. Tanpa kesadaran politik, mereka mungkin enggan terlibat dalam pemilu, lebih mudah terpengaruh hoaks, dan cenderung apatis terhadap isu-isu sosial yang memengaruhi kehidupan mereka. Ini bisa memperburuk ketidaksetaraan, melemahkan demokrasi, dan menghambat kemajuan sosial yang sangat dibutuhkan. Lebih parah lagi, tanpa partisipasi aktif mereka, kita bisa kehilangan ide-ide segar yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim atau ketidaksetaraan ekonomi. Maka dari itu, penting untuk membangkitkan kesadaran politik yang relevan bagi generasi muda, agar mereka tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga agen perubahan yang dapat membawa dampak positif bagi masa depan.

Apasih solusinya?

Solusi untuk membangkitkan kesadaran politik generasi muda harus dimulai dengan pendekatan yang langsung menyentuh kehidupan mereka. Mengingat banyak dari mereka yang cenderung acuh terhadap politik, kita perlu menunjukkan bahwa politik itu bukan sesuatu yang jauh atau abstrak, tetapi sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu langkah pertama adalah memberikan pendidikan politik yang langsung terkait dengan isu yang mereka hadapi, seperti biaya pendidikan yang semakin meningkat, ketidakpastian lapangan pekerjaan, atau ancaman perubahan iklim yang semakin mendesak. Banyak pemuda yang sangat aktif membicarakan isu-isu ini di media sosial, tetapi jarang mengetahui bagaimana cara menghubungkannya dengan kebijakan atau sistem politik yang dapat mengubah keadaan. Oleh karena itu, pendidikan politik yang menyentuh langsung masalah yang mereka hadapi akan membuat mereka merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk bertindak.

Selain itu, penting untuk menumbuhkan kesadaran literasi media di kalangan generasi muda. Mereka hampir setiap hari terpapar informasi melalui berbagai platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok. Namun, tidak sedikit dari mereka yang terpengaruh oleh hoaks atau informasi yang menyesatkan. Oleh karena itu, mengajarkan mereka untuk memverifikasi informasi dan memahami sumber dengan kritis sangatlah penting. Generasi muda harus belajar untuk tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga mampu mengevaluasi dan menyaring kebenaran dari berbagai sumber yang ada. Ini menjadi hal yang krusial agar mereka tidak terjebak dalam missinformasi yang bisa memengaruhi pilihan politik mereka, seperti yang terjadi dalam isu vaksinasi atau pemilu sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun