Perayaan Idul Fitri di Indonesia, merupakan momen yang paling ditunggu oleh masyarakat. Alasannya adalah karena terdapat libur yang bisa dinikmati oleh setiap orang. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan saat libur lebaran. Misalnya dengan mudik ke kampung halaman atau berlibur ke luar daerah.
Pada hari raya Idul Fitri, biasanya juga diwarnai dengan tradisi yang khas dari setiap daerah. Hal tersebut yang membuat adanya keunikan dari daerah itu sendiri. Keunikan tersebut bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Berikut adalah 3 tempat yang bisa dikunjungi saat libur lebaran karena keunikannya adalah:
1.Gorontalo - Tradisi Tumbilotohe
Tradisi ini berasal dari daerah Gorontalo. Biasanya masyarakat Gorontalo menyalakan lampu yang diisi oleh bahan minyak tanah atau minyak kelapa atau bisa juga dengan getah damar. Selanjutnya, lampu tersebut akan diletakkan di sepanjang jalan di kota Gorontalo. Â Mulai dari halaman rumah, jalan menuju masjid, hingga sawah penduduk.
Bagian yang unik dari tradisi ini adalah lampu-lampu tersebut biasanya disusun menjadi berbagai bentuk. Mulai dari bentuk masjid, kitab suci Al Qur'an, atau kaligrafi ayat-ayat suci.
Waktu pelaksanaan tradisi Tumbilotohe adalah tiga atau empat hari menjelang akhir bulan Ramadhan. Tradisi ini diperkirakan mulai sejak abad ke-15 atau 16.
Dulu, tujuan Tumbilotohe untuk memudahkan warga dalam membagikan zakat. Tradisi ini biasanya juga dimeriahkan oleh tabuhan bedug dan meriam dari bambu. Tak heran akhirnya tradisi ini menjadi festival Tumbilotohe dan mampu memikat para wisatawan dari Indonesia serta mancanegara.
Tradisi ini berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat yang sudah berjalan selama 200 tahun lebih. Tradisi Meriam Karbit biasanya diselenggarakan di sepanjang Sungai Kapuas. Penggunaan meriam tersebut pada awalnya terbuat dari bambu. Seiring perkembangan zaman, pohon pinang, pohon kelapa, atau gelondongan kayu yang sudah tidak terpakai juga bisa digunakan sebagai meriam.
Meriam tersebut menarik perhatian masyarakat dan wisatawan karena memiliki panjang mulai dari empat sampai tujuh meter. Diameternya pun berukuran 50 centimeter. Lalu meriam tersebut dicat warna-warni atau dibungkus dengan kain bermotif.
Tradisi ini sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.