Mohon tunggu...
Fildzah Amalia
Fildzah Amalia Mohon Tunggu... -

Student of Biology Education

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alternatif Minuman Probiotik Bagi Si Pemilik Laktase Rendah

21 Desember 2014   14:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini banyak  orang tua yang berusaha menjaga dan menunjang kesehatan keluarga terutama anak-anak dengan menggunakan minuman fermentasi yang mengandung sejumlah “bakteri baik”. Namun, minuman yang dikenal dengan sebutan minuman probiotik ini ternyata tidak dapat dikonsumsi oleh semua orang. Pasalnya, minuman probiotik yang dikembangkan saat ini banyak yang  menggunakan susu sebagai bahan utama pertumbuhan bakteri probiotik tersebut. Nah, seberapa jauh anda mengenal probiotik dan dampaknya dalam tubuh?

Si “bakteri baik” yaitu Probiotik merupakan mikroorganisme  yang memberikan efek positif bagi kesehatan dengan cara mengatur keseimbangan flora di dalam usus atau saluran pencernaan. Fungsinya antara lain menstimulasi pertumbuhan sel-sel usus yang sehat, melapisi dinding usus, menjaga proses metabolisme  dan meningkatkan kekebalan tubuh. Bakteri ini, ditumbuhkan dalam medium berupa fermentasi susu dan dalam keadaan yang spesifik sehingga bakteri tersebut dapat tetap memperoleh nutrisi dan tetap hidup sampai ke dalam saluran pencernaan. Namun tahukah anda bahwa ada beberapa kelompok orang yang tidak dapat meminum minuman probiotik dengan bahan dasar fermentasi susu?

Menjawab petanyaan di awal tentang sebagian orang yang  tidak dapat meminum produk probiotik susu dikarenakan sebagian orang tidak memiliki enzim laktase saat dewasa yang dapat menggumpalkan kasein susu. Sehingga, saat mereka mengonsumsi probiotik dengan bahan dasar susu, minuman probiotik ini justru tidak dapat diserap saat memasuki saluran pencernaan. Padahal, minuman probiotik ini sangat penting dalam menjaga jumlah mikroflora baik yang ada dalam tubuh kita.

Seiring kemajuan teknologi, probiotik kini bisa dibuat dengan tidak menjadikan susu sebagai medium tumbuh bakterinya. Dulu, konsumsi probiotik tidak dapat dilakukan semua orang dengan hambatan penolakan lambung atas protein susu yang dikandungnya.  Dengan penemuan baru ini, siapapun dapat meminum probiotik tanpa khawatir dengan dengan bahan dasar susu yang digunakan. Bagaimana caranya?

Sebuah riset penelitian menemukan adanya kesesuaian getah pohon sebagai salah satu medium yang digunakan sebagai media tumbuh bakteri probiotik. Getah ini ternyata telah dijadikan sebagai minuman yang biasa di konsumsi oleh masyarakat Eropa Utara saat musim semi. Pohon tersebut ialah Birch (Betula pendula Roth.)yang getahnya menyerupai air jernih rasanya sangat menyegarkan dan saat ini mampu mengganti susu sebagai media tumbuh bakteri probiotik yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa strain Lactobacillus reuteri yang di uji dapat tumbuh dengan baik dan justru menghasilkan biomasa yang lebih tinggi dalam proses fermentasinya pada getah Birch yang diperkaya senyawa karbon lainnya seperti sukrosa dan glukosa sebagai nutrisi tambahan bagi strain Lactobacillus reuteri yang digunakan.

Seiring dengan dikembangkannya produk ini, dipercaya akan dapat membantu masyarakat dalam mengatasi masalah dalam konsumsi probiotik susu dengan menggantinya dengan konsumsi probiotk non-susu. Produk ini juga dapat menjadi pilihan minuman bergizi yang memiliki cita rasa sebab dengan tambahan ekstrak malt dan papermint dalam pembuatannya ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan rasa dari hasil fermentasinya.

Penulis Utama : Nurokhmani Tri Siswi

Penulis dan Editor : Nur Fildzah Amalia

Diterjemahkan dan disadur kembali dari Artikel : Development of birch (Betula pendula Roth.) sap based probiotic fermented  beverage oleh Danilevics

Daftar Pustaka :

Danilevics, A. (2014). Development of birch (Betula pendula Roth.) sap based probiotic fermented  beverage. International Food Research Journal. 21(5),1763-1767.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun