Pengendalian emosi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan ini membantu individu untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional saat menghadapi tantangan hidup. Menurut teori Schachter-Singer, emosi muncul dari gabungan rangsangan fisiologis dan penilaian kognitif terhadap situasi. Dalam kehidupan sehari-hari, emosi berperan penting dalam membentuk cara kita berpikir, bertindak dan berinteraksi dengan orang lain, loh!
Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi, emosi memiliki peran besar dalam cara kita berkomunikasi, baik secara verbal maupun non-verbal. Emosi muncul sebagai respons terhadap rangsangan sosial, termasuk pesan yang diterima dari orang lain, dan dapat memengaruhi nada bicara, bahasa tubuh, serta reaksi kita. Jadi, emosi yang tidak dikendalikan dapat menyebabkan konflik, kesalahpahaman, bahkan kerusakan hubungan sosial dan spiritual.
Dalam ajaran agama Islam, pengendalian emosi tidak hanya menjadi elemen penting dalam membangun hubungan sosial, tetapi juga mencerminkan kualitas keimanan seseorang. Dalam Al-Qur'an dan hadis, Allah SWT dan Rasulullah SAW memberikan arahan yang jelas untuk membantu manusia mengendalikan emosi, terutama dalam menghadapi amarah dan kekecewaan. Bagaimana Islam memberikan panduan regulasi emosi? Mari kita simak baik-baik!
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk mengelola, mengontrol, dan menyesuaikan reaksi emosional terhadap situasi atau peristiwa tertentu. Dalam Islam, ini tidak hanya dilihat sebagai hal yang penting untuk kesehatan mental, tetapi juga sebagai aspek utama dalam membentuk karakter yang baik dan diterima di sisi Allah. Regulasi emosi dijelaskan dalam beberapa dalil, seperti :
1. QS. Ali 'Imran: 134
"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
Ayat ini menunjukkan bahwa menahan amarah dan memaafkan orang lain adalah tindakan yang sangat dihargai dalam Islam, bahkan dianggap sebagai kebajikan yang sangat mendekatkan diri kepada Allah.
2. Hadits tentang Cara Mengendalikan Amarah (HR. Abu Daud, nomor 4784).
"Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu."
Hadis ini mengajarkan kita bahwa langkah-langkah sederhana seperti berwudhu dapat membantu menenangkan diri dan mengurangi dampak emosi yang meluap. Tindakan ini adalah cara praktis yang dapat diterapkan untuk mengatur perasaan dalam situasi penuh emosi.
3. Hadits tentang Menghindari Kemarahan (HR. Bukhari)
Seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW, "Berilah aku nasihat." Rasulullah SAW bersabda, "Jangan marah." Kemudian lelaki itu mengulang beberapa kali, dan Rasulullah tetap berkata, "Jangan marah." Â
Islam juga mengajarkan beberapa teknik untuk meregulasi emosi yang juga memiliki kaitan dalam psikologi modern. Bagaimana caranya? Yuk kita simak!
1. Model Displacement (Pengalihan Emosi)
Dalam psikologi, displacement merupakan cara bertahan diri dimana seseorang mengalihkan emosi dari satu hal yang tidak aman ke hal yang lebih aman. Misalnya, daripada melampiaskan kemarahan pada seseorang, kita bisa mengalihkan emosi ini melalui aktivitas yang lebih positif.
Pengalihan emosi ini dalam Islam dapat kita lakukan dengan wudhu, sholat, membaca Al-Qur'an, atau berdzikir. Aktivitas spiritual ini serupa dengan teknik mindfulness, yang membantu menenangkan pikiran dan menurunkan tingkat stres (Jalaluddin Rakhmat, 2003).
2. Model Cognitive Adjustment (Penyesuaian Kognitif)
Penyesuaian kognitif ini berkaitan dengan teori kognitif-emosional dalam psikologi. Emosi tidak hanya dipicu oleh rangsangan fisiologis tetapi juga oleh penafsiran kognitif kita terhadap situasi. Dengan memilih untuk berpikir positif atau berprasangka baik, kita dapat mengurangi intensitas emosi negatif seperti marah atau kecewa (Schachter dan Singer 1962).
Dalam Islam, model ini dapat dilakukan dengan sikap husnusdzhon (berprasangka baik), empati, dan altruisme. Sikap ini dapat membantu seseorang untuk mengubah persepsi terhadap situasi sulit agar menjadi lebih positif, loh!
3. Model Coping (Strategi Menghadapi Emosi)
Coping merupakan strategi seseorang untuk mengelola tuntutan dari luar maupun dalam yang menyebabkan tekanan atau stres (Richard S. Lazarus & Susan Folkman 1984).
Dalam Islam, strategi ini bisa kita lakukan dengan bersyukur, bersabar, memaafkan, dan beradaptasi terhadap situasi sulit yang menimpa kita. Model ini menekankan pentingnya menerima takdir Allah dengan lapang dada.
Emosi adalah bagian penting dari hidup kita, tapi kalau tidak dikelola dengan baik, emosi seperti marah atau cemas bisa merusak hubungan dan keputusan yang kita buat. Islam mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi melalui berbagai dalil, Â yang mana cara ini sejalan dengan psikologi modern, yang menekankan pentingnya bersabar dan menerima keadaan untuk menjaga kesehatan mental. Yuk, mulai belajar mengelola emosi agar hidup lebih tenang dan bijaksana!