Kelompok UMKM di Desa Paciran, Kabupaten Lamongan, tengah mendapatkan perhatian khusus dari dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kualitas produk tradisional jumbrek. Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini digagas oleh Prof. Dr. Rita Ismawati, S.Pd, M.Kes, Prof. Dr. Drs. Muhaji, ST, MT, dan Ita Fatkhur Romadhoni, S.Pd., M.Pd., yang bekerja sama dengan UMKM Jumbrek "Sri Rejeki" milik Ibu Karmini. Program ini bertujuan mengatasi masalah yang dialami oleh pengrajin jumbrek dalam proses pengolahan dan pengemasan produk.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi UMKM "Sri Rejeki" adalah dalam proses pengukusan jumbrek. Saat ini, pengukusan masih menggunakan dandang bambu yang memiliki berbagai kelemahan. Waktu pengukusan yang lama dan kapasitas yang terbatas menjadi masalah utama. Banyak uap yang bocor karena penutup kukusan yang tidak rapat, sehingga proses pengukusan menjadi kurang efisien. Selain itu, anyaman bambu pada kukusan mudah terkikis setelah beberapa kali digunakan, yang membuat jumbrek rawan jatuh atau "ambrol".
Melihat permasalahan ini, tim PKM UNESA merancang alat pengukus baru yang terbuat dari plat stainless steel. Alat pengukus ini dirancang untuk mengatasi masalah yang ada, sehingga proses pengukusan jumbrek bisa lebih cepat dan bersih. Dengan menggunakan bahan stainless steel, alat ini lebih tahan lama, kuat, dan higienis. Desain alat ini juga dilengkapi dengan lubang yang sesuai dengan diameter jumbrek, sehingga setiap jumbrek dapat berdiri dengan baik dan tidak saling menindih, mencegah risiko ambrol.
Tidak hanya dari segi proses pengolahan, tim PKM UNESA juga memperhatikan aspek pengemasan produk. Produk jumbrek yang awalnya dikemas dengan cara tradisional, kini dibantu untuk dibuatkan pengemasan yang lebih modern dan menarik. Pengemasan menggunakan plastik tebal yang transparan, sehingga produk jumbrek dapat terlihat jelas. Selain itu, kemasan ini juga dicetak dengan desain menarik, mencantumkan nama produk serta UMKM, sehingga memberikan nilai lebih sebagai oleh-oleh atau souvenir khas Paciran.
Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa alat pengukus dan pengemasan ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk jumbrek di pasar. Keunggulan dari alat pengukus ini tidak hanya pada kekuatannya, tetapi juga mampu mempercepat proses produksi. Dalam uji coba, alat ini mampu menampung hingga 140 buah jumbrek dalam satu kali proses pengukusan dengan waktu yang jauh lebih singkat, yaitu hanya 45 menit. Hasil ini menunjukkan peningkatan kapasitas produksi hingga tiga sampai empat kali lipat dibandingkan dengan metode pengukusan lama. Penyerahan alat dilakukan pada 8 Juni 2024 oleh tim pelaksana PKM kepada mitra yaitu UMKM jumbrek.
Penyerahan tas pengemas ini dilakukan pada 15 Juni 2024. Pengemas jumbrek berupa tas yang terbuat dari plastik yang tebal, tranparan, bagus, kuat dan menarik, ukuran 30 cm X 32 cm, dan terdapat tulisan UMKM dengan desain yang bagus dan menarik, ditempel pada kantong/tas plastik. Pengemasan yang menarik juga diharapkan dapat meningkatkan daya tarik konsumen. Kemasan yang kuat dan elegan memberikan kesan produk premium, yang tidak hanya cocok untuk konsumsi pribadi, tetapi juga sebagai oleh-oleh. Dengan adanya kemasan yang baik, produk jumbrek dari Desa Paciran dapat lebih mudah dipasarkan, baik di tingkat lokal maupun di luar daerah.
Program PKM ini juga memiliki harapan untuk menjadi contoh bagi UMKM jumbrek lainnya di daerah sekitar yang mengalami permasalahan serupa. Dengan adopsi teknologi tepat guna ini, diharapkan lebih banyak pengrajin jumbrek yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produknya. UMKM "Sri Rejeki" pun berpotensi menjadi pelopor perubahan di industri tersebut.
Selama pelaksanaan PKM, monitoring dan evaluasi dilakukan secara rutin untuk memastikan keberhasilan implementasi teknologi ini. Tim dosen UNESA melakukan pemantauan setiap bulan guna mengevaluasi perkembangan dan memberikan solusi jika ditemukan hambatan baru selama penggunaan alat pengukus dan pengemasan.