Perkenalkan nama kami Ismael, Enos, Apriansyah, dan Oki. Kami adalah siswa SMP Negeri 2 Mentarang Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara. Kami adalah anak-anak asli suku dayak Kalimantan. Kami tinggal di sebuah desa yang sangat jauh dari perkotaan. Desa kami ada di tengah-tengah hutan Kalimantan yang sangat luas. Sungai adalah tempat bermain kami sehari-hari. Seminggu sekali kami ikut orang tua kami berburu di hutan. Setahun sekali orang tua kami mengajak kami ke kota.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Kami Bersama Pak Firdaus, Guru SM3T"][/caption]
Yang di tengah-tengah kami adalah Pak Firdaus, guru SM3T yang datang dari Jawa. Ada lima guru SM3T yang datang ke desa kami. Semua dari Jawa. Kami sangat senang mereka datang. Sekolah kami jadi ramai lagi. Tak ada lagi kelas kosong karena tak ada gurunya. Kami jadi bersemangat lagi mengenakan pakaian putih biru setiap pagi datang. Kami juga jadi punya kegiatan setiap sore menjelang.
Mereka mengajari kami banyak hal, tak hanya pelajaran-pelajaran di sekolah. Mereka mengajari kami pramuka. Mereka mengajari kami karya ilmiah. Mereka mengajari kami Bahasa Inggris. Mereka mengajari kami bermain sepakbola. Mereka mengajari kami membaca peta dunia. Mereka mengajari kami melaksanakan upacara bendera. Banyak hal yang mereka ajarkan yang sebelumnya tak pernah kami kenal.
Kedatangan guru-guru SM3T membuat kami kembali punya semangat untuk belajar. Mereka membuat kami semakin ingin tahu banyak hal. Mereka membimbing kami melakukan hal-hal baru. Mereka menuntun kami memasuki dunia baru. Mereka selalu terbuka untuk kami. Tak hanya di sekolah, di luar sekolah pun mereka selalu ikhlas mengajari kami. Tak jarang kami datang ke rumah mereka malam-malam untuk belajar. Meski hanya diterangi lampu minyak, semangat kami tak pernah pudar.
Kini mereka sudah pulang ke Jawa. Satu tahun terasa begitu cepat. Pak Presiden, tolong kirimkan lagi guru ke sekolah kami. Kami tak ingin sekolah kami kembali sepi. Kami tak ingin tak ada lagi yang mengajari kami. Meski kami ada di pelosok negeri, tapi kami juga anak bangsa. Kami berhak atas pendidikan yang layak. Kami ingin terus belajar. Kami tidak ingin seperti orang tua kami yang tidak bisa membaca. Kami tidak ingin seperti orang tua kami yang setiap hari hanya berburu di hutan. Kami juga ingin masa depan yang cerah, seperti anak-anak lain yang ada di kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H