Mohon tunggu...
Firdaus Laili
Firdaus Laili Mohon Tunggu... wiraswasta -

fila174.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Efek dan Daya Magis Suguhan Kopi Kalimantan

10 Februari 2015   13:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:30 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14235360431839140121

Kopi adalah semacam minuman yang bisa menimbulkan berbagai macam efek bagi peminumnya dan juga orang-orang di sekitarnya. Entah itu efek positif atau efek negatif. Entah itu karena kopi memang benar-benar mengandung semacam zat kimia yang bereaksi terhadap peminumnya atau karena sugesti belaka. Karena kemampuan menimbulkan efek itulah, kedudukan kopi tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hidangan, tapi juga bisa memiliki tujuan lain.

Di beberapa bagian di Kalimantan misalnya, kopi sudah menjadi suguhan utama dari tuan rumah untuk para tamunya. Mereka beranggapan kopi bisa menambah keakraban saat dinikmati bersama-sama. Jika ada suatu kerja bakti di kampung-kampung di Kalimantan, kopi juga menjadi bagian penting di dalamnya. Saat jeda kerja bakti, minum kopi bersama-sama seolah menjadi satu keharusan. Tak lengkap jika kerja bakti tanpa disuguhi kopi. Bisa-bisa tidak ada lagi yang mau kerja bakti.

Selain untuk melepas dahaga, minum kopi bersama-sama di sela-sela kesibukan seperti kerja bakti akan mencairkan suasana dan menambah semangat untuk kembali bekerja. Senang rasanya melihat orang-orang bercengkerama melepas lelah sambil minum kopi. Dengan kopi, mereka nampak semakin akrab seolah tak ada beban hidup yang harus mereka tanggung. Sekali lagi, entah itu karena kopi memang benar-benar mengandung semacam zat kimia yang bereaksi terhadap peminumnya atau karena sugesti belaka.

[caption id="attachment_395942" align="aligncenter" width="550" caption="Masyarakat Dayak Punan Minum Kopi di Sela-sela Kerja Bakti"][/caption]

Masih di Kalimantan, kopi juga menjadi satu minuman yang disakralkan. Sudah menjadi rahasia umum jika pulau ini terkenal dengan kekuatan magisnya. Melalui media seperti kopi, hal-hal yang tidak logis atau di luar nalar bisa saja terjadi. Saya adalah salah satu yang pernah diperingatkan oleh seorang alim untuk hati-hati terhadap suguhan kopi selama di Kalimantan. Beliau berpesan untuk jangan sekali-kali meremehkan daya magis yang ada di pulau ini, termasuk daya magis yang ada dalam suguhan kopi. Daya magis yang bisa membuat siapa saja tidak mau kembali lagi ke kampung halaman. Bahkan bisa membuat siapa saja celaka bagi yang menyepelekan.

Meski begitu, jangan juga lantas menolak suguhan kopi begitu saja di Kalimantan. Ini satu informasi penting bagi siapa saja yang belum pernah ke Kalimantan. Jangan pernah menolak minuman atau makanan apa pun yang ditawarkan oleh orang Kalimantan. Minumlah walau hanya seteguk. Makanlah walau hanya satu gigitan. Jika khawatir terkena daya magis, berlindung kepada Yang Mahakuasa adalah solusi terbaik.

Memangnya kenapa kalau menolak? Saya pun pernah berpikiran seperti itu. Salah seorang kawan saya, pernah berkunjung ke rumah seorang nenek di Desa Sempayang, Kecamatan Malinau Barat, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Nama beliau Nenek Liyu. Seperti biasa, suguhan kopi selalu dihidangkan untuk para tamu. Beliau senang bukan kepalang saat menyaksikan kawan saya meminum kopi hangat yang disuguhkan. Meski sebetulnya bukan karena takut daya magisnya, tapi lebih karena dahaga dan hawa dingin saat itu.

Nenek Liyu lalu berujar, ”Jadi di sini, apa pun yang disuguhkan pemilik rumah, harus diminum atau dimakan. Jika menolak, maka dia akan tertimpa sial. Apalagi jika yang disuguhkan kopi, sialnya bisa lebih parah, bahkan digigit buaya.

Agaknya peribahasa populer Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung tepat sekali disematkan pada fenomena suguhan kopi Kalimantan. Dari mana pun kita berasal, tradisi, budaya, adat istiadat, atau kepercayaan apa pun dari warga setempat haruslah dihormati, meski tak sejalan dengan latar belakang kita sekalipun. Jangan pernah disepelekan, jika tidak ingin dicelakakan.

Firdaus Laili, 9 Februari 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun