Hari ini, selasa 20 September 2016 Pdip tetapkan paslon gubernur DKI. Hanya dua nama yang mungkin, Ahok atau Risma. Belum juga ditetapkan,Ahok sudah diserang oleha para politisi bersama  juru dakwah dengan ayat tentang pemimpin . Hmm,mengapa  Risma tidak?. Oh, salah bukan tidak, tetapi belum.Partai lawan (kubu Taufik dan Sanusi Cs) tentu sangat berharap PDIP memilih Risma. Sebab musuh utama mereka adalah Ahok.Mengapa Ahok menjadi musuh Taufik cs ,saya kira tak perlu dijelaskan, semua paham jika berpikir jernih,  Kebencian dan kedengkian terhadap Ahok disebarkan lewat berbagai cara termasuk lewat juru dakwah.Sebaliknya, kebaikan yang dijalankan ahok seperti soal kjp dan peningkatan kinerja pns pemprov dinafikan,
Partai-partai Islam mengeluarkan jurus andalan ayat larangan memilih pemimpin non muslim.Padahal, Partai Islam seperti PKS pernah mencalonkan pemimpin dari kalangan Pendeta. PKS tentu punya dalih dan dalil. Intinya kalau darurat, boleh. Lucunya, kelompok Muslim lain tidak boleh berargumen yang sama, bahwa kami akan memilih Ahok karena darurat, calon pemimpin muslim yang ada tidak kami percaya. Sebab, menurut saya 1. mereka bersengkongkol dengan Sanusi ,Taufik CS . 2. PNS pemprov yang terbiasa malas bekerja tapi sering cari tambahan .3 Juru dakwah tidak pernah mengungkap kebaikan Ahok dan menyembunyikan firman Allah soal kebaikan Ummat Nasrani yang bisa menolong kaum muslimin.
Poin tiga, Firman Allah hanya dipenggal sepotong2 demi kepentingan politik. Contohnya, mereka demo besar2an agar ahok ditangkap KPK, tapi bungkam seribu bahasa soal Sanusi yg jelas2 terima duit 2M dari Aguan. Saya yakin mereka tahu bahwa berlaku tidak adil karena bukan segolongan termasuk tindakan Zalim.
Target Utama Taufik ,Sanusi CS hanyalah untuk menjatuhkan Citra Ahok agar tidak dicalonkan PDIP.
Jika sukses dan Risma yang maju, maka dalil perempuan haran jadi pemimpin akan dikobarkan. Nasib Risma akan 11-12 dengan Mega saat jadi Capres.
Dan hari ini, akhirnya PDIP putuskan calon gubernurnya. Empat tahun lalu, sebagai orang Betawi Muslim, saya memilih Jokowi-Ahok dan  saya tidak menyesal. Saya teringat seorang PNS yang gundah gulana karena ingin menulis di media massa tentanng  tindakan korupsi di Pemprov DKI sebelum kepemimpinan Jokowi-Ahok. PNS yang punya posisi lumayan penting itupun akhirnya meninggal sebelum niatnya terkabul, meninggalkan 4 anak, 2 diantaranya kembar yg masih berusia 3 bulan saat itu. Sang PNS hanya meninggalkan peralatan foto utk pernikahan sebagai tambahan pendapatan lantaran tak mau ikut2an korupsi meski sudah punya jabatan.
Seandainya sang PNS masih hidup, tentu dia akan menerima gaji yang cukup. Pejabat pemprov tidak semena2 lagi memotong anggaran, dan PNS malas berkeliaran,  Dia akan melihat banyak kerabatnya betawi dan warga dki yang miskin menerima KJP.   Tentu, tidak ada manusia yang sempurna! Ahok tentu punya kekurangan. Tapi tekadnya untuk menciptakan aparat yg bersih dan mewujudkan keadilan sosial, saya dukung. Saya hanya bisa berdoa,satu saat kelak Ahok membaca tulisan ini dan tahu siapa sang PNS tersebut, mengunjungi rumah dan Ahok tak perlu diserang dengan ayat soal pemimpin lagi. Amien  YRA,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H