Orang akan lebih mampu menasehati orang lain, daripada ia menasehati diri mereka sendiri. Menyuruh diri sendiri untuk melangkah kebaikan, berniat baik dengan perilaku orang lain.
Berhenti tidak melakukan keburukan walaupun dengan hal yang paling sepele sekalipun. Menasehati diri sendiri untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk bagi kehormatan diri sendiri ataupun suatu hal yang lain.
Ketika diri sendiri jauh dari para ulama, rasanya ada sesuatu yang mengingatkan berkurang. Dikira ia bebas melakukan apa saja yang ia mau lakukan. Dikira ia bebas berpikir sebebas- bebasnya, tanpa ada suatu batas yang mengikat. Ia seakan lupa dengan apa yang harus dia tanggung atau dibebankan dalam diri mereka.
Terbesit dalam diri, dikala seorang melakukan keburukan rasa tidak enak, rikuh atau sebagainya. Semisal ketika bertamu di rumah orang lain, ia seharusnya menjaga etika bertamu dan etika menerima tamu.
Menasehati diri sendiri akan terasa mudah jikalau ia tahu telah melakukan sebuah kesalahan yang harus diperbaiki dan diperbaiki lagi.
Selalu mawas bertanya diri sendiri, apakah pantas jika hal ini saya lakukan, apakah hal ini memilki kontribusi buat saya pribadi maupun orang lain. Nyatanya dalam banyak hal, kita masih enggan berpikir sampai kesitu.
Pada akhirnya, cobalah untuk mengoreksi diri sendiri mulai dari niat, ucapan,dan perilaku diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H