Dear Tiffany
Kamu itu bukan bidadari,kamu juga bukan dewi,kamu cuma manusia biasa yang mempunyai kehidupan normal namun kenapa aku memuja kamu?karena kamu  mampu membuatku menciptakan elegi ketika kamu pergi..             Matamu indah,Rambutmu panjang hitam terurai,Wajah tirus bagai pedang yang siap menghujam jantung ini,namun mengapa kamu begitu acuh tak acuh?apakah aku hanya seorang bagaikan besi sampah yang ketika terlempar di jalanan orang akan memungutnya kembali dan membuang di tempat sampah lagi ataukah berani kamu bawa pulang  aku untuk kamu manfaatkan? jari lentik dengan kuteks warna biru itu  mengingatkan aku tentang bunga edelweis yang ingin aku pegang,bolehkah?haruskah aku berikan nyawaku untuk memperjuangkanmu? Hai tiffany,salah satu arti namamu adalah Rela Bekorban,,aku tidak minta lebih,hanya maukah kamu berkorban dengan menurunkan egomu untuk menerimaku?
Thanks Tiffany...Dengan begini aku masih punya tujuan untuk pulang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H