Mohon tunggu...
Rosalina Matondang
Rosalina Matondang Mohon Tunggu... -

SDN 1 Pajajaran Bandung | SMPN 9 Bandung | Rekayasa Perangkat Lunak SMKN 4 Padalarang ||

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Kehidupan Part 1 Asli Bikinan Sendiri

19 Juni 2013   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebut saja namaku Joko. Umurku sudah 64 tahun. Aku mempunyai 4 orang anak. Anakku yang pertama berumur 24 tahun, dia hanya lulusan SMP swasta di kota ini dan sekarang dia sudah dinikahi oleh seorang lelaki diluar kota ini. Anakku yang kedua berumur 20 tahun. Sama seperti anakku yang pertama, dia sudah menikah dan hanya lulusan SMP. Aku terpaksa menikakan kedua anakku karna untuk meringankan bebab hidup ini. Sedangkan anakku yang kedua berumur 16 tahun dan duduk di bangku kelas 1 SMA Negeri di kota ini. Dan anak bungsu ku berumur 13 tahun yang saat ini duduk di kelas 2 SMP. Aku berharap bisa menyekolahkan dua anakku ini sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi.

Profesiku hanya seorang PEMULUNG. aku mencari botol-botol bekas. Tempatku bekerja memang kotor dan menjijikan kata orang-orang. Tak jarang aku sampai masuk ke saluran air hanya untuk mencari botol-botol bekas. Tak jarang pula aku harus bekerja sampai larut malam, meski angin malam tak selalu bersahabat denganku. Aku sering merasakan sakit dibagian dada ku.Aku pun sering mendapatkan piukulan dari pemulung lain jika mereka mendapati aku memasuki wilayah mereka.  Tapi aku tak peduli, yang penting aku bisa mendapatkan banyak botol bekas yang dapat ku jual untuk mendapatkan UANG UNTUK MAKAN ANAK DAN ISTRIKU.

Tak sedikit orang-orang yang memandang jijik padaku. Orang-orang sering merendahkanku dan mencaciku dengan omongan yang mebuatku sangat sakit hati. Tapi yasudah... Aku harus bagaimana lagi ? Cukup menghadapi dengan SENYUMAN saja.Toh, mereka hanya bisa menertawakan dan tak pernah merasakan bagaimana perihnya hidup,Dan mereka pun tak mengerti artinya perjuangan hidup rakyat-rakyat kecil seperti ku. Mereka itu hanya orang-orang yang puas ongkang-ongkang kaki diatas kursi jabatan mereka yang entah bertahan sampai kapan.

Tapi aku bersyukur, masih ada orang yang peduli dan menaruh rasa iba terhadapku. Mereka tak jarang meberiku makanan dan uang kepadaku yang selalu aku bawa pulang untuk anak dan istriku. Berapapun uang yang ku dapat selalu ku syukuri. Karna Tuhan masih memberikan rizki-Nya kepadaku.

Ya begitulah susuahnya mencari uang. Maka dari itu, aku ingin sekali berpesan kepada siapapun orang-orang diluar sana, pergunakanlah uangmu sebijak mungkin. Dan lakukan pekerjaanmu sebaik mungkin. Karna tak semua orang sepertimu. Yang hanya tinggal duduk manis di kursi yang bagus dan mendapatkan penghasilan yang cukup besar!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun