Kini saatnya bangkit dari buaiannya,Melawan pesona palsu yang menyilaukan
Siapa? Aku berulah dengan kata siapa, sama saja halnya aku siapa, dalam ruangmu wahai siapa bagi yang tak mengenal!
Cahaya Islam KontemporerDi relung dunia yang gemuruh ini,Cahaya Islam terus menyinari
Puisi memotivasi diri untuk menjadi lebih baik
Di ujung cahaya, Di mana gelap berbisik dalam diam, Aku melangkah perlahan
pada malam-malam bisudan terangnya siangsenyummu terbayangjuga gelak tawamulagi dan lagitanpa jemu tanpa ampunaku dibantai rindu
Di kejauhan, kudengar napas kuda Gadingmas, ritmenya seperti detak waktu.
Sebuah cendramata dari Svarga (Surga) untuk sebuah rasa khayalan. Bukan berasal dari dunia fatamorgana tapi Meta
Dalam denyut waktu yang tak terhenti, Hidup ini bagaikan sungai yang mengalir
Angin membawa bisikan resah, Namun harap tumbuh diserap waktu.
Ilustrasi pecahan kaca (sumber gambar : m.kumparan.com) Kala kudengar kabar gundahAku bagai kaca yang pecahCeritaku hampir punahApakah hatiku…
Netizen +62 selalu ada di setiap berita baik dalam negeri maupun dunia internasional.
Puisi yg mengingatkan agar jangan jatuh cinta lagi jika hanya berakhir kesedihan.
The result is a good poem but it seems that AI Poem Generator fails to recognize the allusion of the first poem
Jangan biarkan ragamu menanggung laramu seorang diri, kusediakan pundakku untuk tempatmu bersandar