Rudi mencengkeram erat kerah baju Ajo. Matanya menatap nyalang pada wajah teman sekaligus musuhnya yang mengernyit dengan mata terpejam. "Buka matamu, Pengecut!"
"Pengecut, ya?" Ajo mendengus, satu garis tipis tersungging di ujung bibirnya. Tangannya menepis kencang-kencang cengkeraman Rudi. "Kau pikir dengan tindakan yang kau lakukan terhadapku, jantan?"
Rudi terpana. Bagaimanapun juga, laki-laki temperamen itu pernah melewati banyak waktu bersama Ajo yang biasanya tak pernah berani menentangnya. Kedua tangannya mengepal erat, napasnya tak teratur, bukti bahwa amarahnya sudah memuncak di ubun-ubun.
Bug!
"Kamu memang pengecut, karena beraninya menusuk dari belakang. Kalau jantan hadapi aku dari depan!"
Ajo terhuyung beberapa langkah karena pukulan Rudie yang tiba-tiba. Untung saja ia masih bisa menata keseimbangan tubuhnya, kalau tidak arus sungai yang mengalir cukup deras di belakangnya bisa menelannya.
Suasana sesaat hening. Keduanya saling pandang, serupa dua petarung yang sedang saling mengukur kekuatan lawannya.
"Apa-apaan kalian ini?!"
Ani yang muncul bersama sosok lelaki berdasi, membuat kedua lelaki yang sama-sama sedang dilanda emosi itu tertegun. Bagaimana bisa perempuan yang sedang mereka perebutkan bisa tahu dan sampai di tepian Sungai Ciliwung ini?
Ani melangkah cepat ke arah keduanya. Sorot matanya menatap serius wajah mereka.
Plaakk! Plaakk!