Kita tahu dari dahulu hingga saat ini, universitas-universitas telah mengajarkan filsafat. Mulai dari filsafat dasar hingga filsafat yang berhubungan sesuai dengan masing-masing program studinya. Cara pembawaannya pun setiap dosen juga berbeda-berbeda. Tapi bisa dipastikan setiap mahasiswa yang masih pertama bertemu dengan filsafat, ketika keluar kelas mereka akan bingung. Bingung karena tidak paham, sebab terlalu rumitnya materi dan cara menjelaskannya.
Filsafat merupakan suatu materi yang diagung-agungkan dan menjadi dasar berfikir oleh para ilmuwan, akademisi maupun praktisi. Menurut pemikiran barat, bagi seorang pemikir semua ilmu dasarnya berfikirnya adalah filsafat. Maka sering kita jumpai banyak seorang guru besar, profesor atau doktor yang muslim, berfikirnya sangat jauh dari kerangka berfikir Islam.
Filsafat barat mengajarkan bahwa ketika kita berfikir secara kritis dan mendalam harus menanggalkan semua yang ada dalam hati dan fikiran kita agar terlihat obyektif, bahkan agamamu pun harus kita singkirkan dari cara berfikir kita. Inilah yang membuat munculnya ilmuwan dan akademisi muslim yang liberal dan sekuler.Â
Islam mengajarkan bahwa dasar ilmu dan kehidupan kita adalah tauhid. Maka segala sesuatu yang berkaitan dengan amalan dunia maupun akhirat semua didasarkan kepada ketauhidan. Sehingga dalam perjalanan berfikir, kita punya landasan yang jelas yakni Al-Qu`an dan Hadits. Tidak perlu menanggalkan agama dalam cara berfikir kita dengan alasan obyektif. Karena sejatinya cara pandang kita itu sendiri bersifat subyektif. Lebih condong ke filsafat barat atau lebih condong ke filsafat Islam. Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H