Memahami anak adalah tentang membuang ego kita untuk menuntut anak memahami apa yang kita inginkan. Memahami anak adalah tentang duduk disampingnya merasakan apa yang anak rasakan, bukan tentang berdiri lebih tinggi diseberangnya dengan perasaan bahwa kita lebih tau tentang segala hal. Buat anak memilih orang tua menjadi temannya.
Bagaimana jika anak tidak memilih orang tua menjadi temannya?
- Menjadi orang tua yang tidak dipilih sebagai teman oleh anaknya, akan timbul perasaan kesel dengan diri sendiri dan akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan pada diri sendiri, "kok aku nggak bisa jadi temennya anakku", "kok aku bisa nggak tau perasaan anakku", dll. Berhenti menjadi orang tua yang memiliki sifat "lebih tahu segala hal", jangan mengandalkan prinsip "nggak nurut orang tua entar durhaka lho". Jadilah pribadi yang asik, tidak suka ngomel, tidak suka marah-marah, sanggup menyediakan telinga dan hati untuk mendengarkan curahan hati si anak.
- Ikut serta juga dalam kegiatan si anak. Teman yang baik ialah yang mampu mengerti apa yang disukai dan tidak disukai oleh temannya. Sebagai teman, orang tua harus mampu menyelami dunia si anak. Temani dan dampingi setiap kegiatan anak, amati kebiasaan-kebiasaan apa yang disukai dan tidak disukai anak, serta tidak memaksakan. Perihal bagaimana cara anak mengambil keputusan, faktanya adalah anak belajar mengambil keputusan dengan cara membuat keputusan, bukan dengan cara ikuti perintah. Dengan begitu, jangan bermimpi kelak anak mahir mengambil keputusan, bila yang orang tua minta darinya setiap saat adalah mengikuti perintah.
Teman baik adalah tangan yang mampu memberi, telinga yang bersedia mendengar, dan hati yang senantiasa mengerti. Masa kecil anak hanya sekali, dan peran orang tua berpengaruh besar untuk tumbuh kembang si anak. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H