Desa Wisata Batuan memiliki daya tarik wisata yang menarik dan unik. Desa ini terletak di Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Kunjungan ke Desa Wisata Batuan ini dilaksanakan pada tanggal 5 November 2024, dimana mahasiswa belajar banyak terkait atraksi yang ada di Desa Wisata Batuan. Desa Wisata Batuan menjadi salah satu desa wisata tertua yang ada di Bali. Desa Wisata Batuan juga masuk ke 300 Anugerah Desa Wisata Indonesia. Desa Batuan disebut juga dengan Museum Hidup, karena masyarakat Desa Batuan berhasil melestarikan beragam seni, budaya, dan adat lebih dari 1000 tahun lamanya. Selayaknya Museum yang menyimpan beragam karya seni bersejarah bertahun-tahun, maka Desa Wisata Batuan menyimpan beragam seni yang masih hidup dan dikelola langsung oleh masyarakat lokal, sehingga Desa Wisata Batuan dikenal sebagai Museum Hidup atau The Living Museum of Gianyar.
Atraksi WisataÂ
Atraksi wisata yang dikunjungi oleh teman-teman pariwisata UGM yaitu edukasi melukis gaya batuan, Pura Puseh Batuan, dan edukasi tari di Kaki Bebek House Studio. Atraksi yang interaktif dan edukatif membuat teman-teman mahasiswa pariwisata UGM  antusias dalam mengikuti kuliah lapangan di Desa Wisata Batuan. Tidak hanya atraksi, tour guide lokal Desa Batuan juga interaktif dalam menjelaskan, memandu, dan mengajak  mahasiswa untuk belajar terkait seni dan budaya yang ada.Â
Atraksi melukis gaya batuan merupakan salah satu atraksi yang mengajak wisatawan belajar melukis dengan konsep kontemporer namun masih bergaya khas bali dengan teknik nyawi, ngorten, nyeket, dan sebagainya. Pada atraksi ini mahasiswa dilatih untuk terampil dan kreatif dalam memainkan warna gelap terang untuk membuat gradasi pada lukisan. Bentuk lukisan juga begitu beragam ada gambar ikan, pohon kelapa, kapal, dan lainnya.Â
Pura Puseh Batuan  merupakan pura adat yang ada di Desa Wisata Batuan. Pura ini memiliki arsitektur yang memiliki campuran antara Majapahit dan Bali. Tampak Gerbang depan terdapat gapura megah dengan bata merah khas bali. Sebelum masuk wisatawan dipakaikan kain sarung dan selendang kuning atau yang biasa disebut salempot. Hal tersebut sebagai simbol untuk menjaga kesucian pura dan mengikat niat buruk yang ada di dalam jiwa. Mahasiswa Pariwisata UGM didampingi oleh tour guide lokal diajak berkeliling dan dijelaskan mengenai sejarah Pura Puseh Batuan. Dijelaskan bahwa pura ini menjadi tempat pemujaan Dewa Siwa dan di dalam pura ini juga terdapat sebuah prasasti yang ditulis tahun 944 Isaka atau 1002 Masehi. Prasasti tersebut menjadi dasar adat dan budaya yang ada di Desa Batuan.Â
Atraksi terakhir yang dikunjungi adalah Kaki Bebek House Studio, disini teman-teman pariwisata UGM diajak melihat seni tari Bali sekaligus belajar bersama ahlinya. Beberapa gerakan tari ditampilkan dengan topeng yang berbeda, ternyata dibalik pergantian topeng tersebut memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam sejarah Bali. Tarian juga diiringi oleh alat musik tradisional Bali seperti kendang, seruling, dan sebagainya yang sekilas mirip alat musik tradisional di jawa.
AnalisisÂ
Sambutan hangat dari pihak pengelola dan masyarakat menjadi pembuka saat rombongan tiba. Tempat yang disediakan oleh Desa Wisata Batuan cukup memadai untuk kunjungan Mahasiswa Pariwisata UGM yang berjumlah 70 orang termasuk Dosen Pendamping. Lokasi yang masih asli dan asri, membuat wisatawan benar-benar diajak berkeliling desa khas Bali. Jarak antar atraksi juga tidak terlalu jauh, meskipun cukup sempit karena jalur desa, tetapi bisa diakses oleh bus medium hingga bus besar dengan pendampingan dari tour guide lokal. Hanya saja parkiran untuk bus cukup terbatas, karena berada di tepi jalan langsung.