Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjelajahi Keberagaman di Banten : Gusdurian Serang dan Pesan Toleransi Dari Vihara Avalokitesvara

2 September 2024   02:16 Diperbarui: 2 September 2024   02:37 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia, negeri yang konon katanya dibentuk dari ribuan pulau dengan berjuta warna, aroma, dan rasa. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote, keberagaman di negeri ini tak hanya sekadar pemandangan alam yang memukau, tetapi juga terbungkus dalam kompleksitas budaya, agama, dan keyakinan yang kadang membuat kepala pusing. Namun, ada satu hal yang tetap abadi: bagaimana negeri ini selalu berhasil memproduksi isu-isu intoleransi yang bisa saja membuat siapa pun yang tak tahan langsung angkat koper dan pindah ke Mars.

Pada Minggu, 1 September 2024, Gusdurian Kota Serang memutuskan untuk mengadakan sebuah acara yang, setidaknya untuk sehari, ingin membuktikan bahwa keberagaman di negeri ini masih bisa dirayakan tanpa harus adu argumen atau baku hantam. Acara ini diadakan di Vihara Avalokitesvara, sebuah vihara yang sangat bersejarah di Banten. Letaknya yang strategis, tepat di depan Benteng Speelwijk, kawasan Banten Lama, mungkin membuat para pengunjung berpikir dua kali sebelum membawa serta prasangka mereka ke dalam vihara.

Di sinilah saya, seorang warga biasa yang terjebak dalam rutinitas, merasa mendapat pencerahan yang luar biasa. Di tengah panasnya isu-isu intoleransi, saya duduk bersama masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda-beda. Kami berdiskusi, berbagi cerita, dan tentu saja, menulis tentang keberagaman yang ada di sekitar kita, khususnya di Banten. Sebuah momen yang mungkin bagi sebagian orang terdengar klise, namun bagi saya, adalah refleksi dari bagaimana keberagaman masih bisa dirayakan tanpa saling menginjak.

Keberagaman di Indonesia adalah sesuatu yang seharusnya kita syukuri, bukan? Di balik keragaman itulah terkandung kekayaan budaya yang membuat kita berbeda dari bangsa lain. Bahkan, saya yang beragama Islam baru kali ini mengetahui bahwa dalam agama Buddha pun ada perbedaan cara beribadah antara satu vihara dengan vihara lainnya. 

Bayangkan! Selama ini saya pikir hanya umat Islam yang sibuk memperdebatkan perbedaan aliran, ternyata, saudara kita yang beragama Buddha pun tak kalah hebohnya. Sebuah pengetahuan baru yang membuat saya ingin tertawa---bukan karena perbedaannya, tetapi karena betapa lucunya dunia ini dengan segala kompleksitasnya.

Saya tidak bisa tidak mengapresiasi teman-teman Gusdurian yang sudah menghadirkan acara yang begitu "berwarna" ini. Melalui acara ini, mereka membuktikan bahwa sebenarnya kita ini, orang Indonesia, baik-baik saja dalam hal toleransi dan keberagaman. Lihat saja, acara ini dihadiri oleh orang-orang dari berbagai latar belakang agama. Tidak ada yang saling mencurigai atau saling mengejek, bahkan saat diskusi memanas, semua tetap terkendali. Apakah ini berarti bahwa isu intoleransi yang kerap kita dengar hanya sekadar mitos belaka? Ah, andai saja hidup sesederhana itu.

Vihara Avalokitesvara, sang tuan rumah, tak kalah dalam hal mendukung acara ini. Dengan arsitektur yang memukau dan ornamen-ornamen khas Tionghoa yang begitu kental, vihara ini seolah membawa saya ke negeri Tirai Bambu. 

Sejujurnya, saya merasa kagum dengan keindahan yang ada di sana. Tidak heran jika vihara ini menjadi tempat yang cocok untuk acara yang mempromosikan keberagaman. Meski begitu, saya bertanya-tanya, apakah masyarakat di luar sana juga melihat keindahan ini, ataukah mereka lebih sibuk dengan debat kusir di media sosial?

Bagi saya, acara-acara seperti ini harus lebih diperbanyak. Bayangkan, dengan lebih banyak acara seperti ini, kita bisa menjalin silaturahmi yang intens di antara berbagai agama. Mungkin dengan begitu, berita-berita intoleransi yang sering kita dengar di Banten atau di tempat lain akan menjadi isu yang terbantahkan. Tetapi, siapa yang mau repot-repot meluangkan waktu untuk hal seperti ini? Lebih mudah memencet tombol "like" dan berdebat di kolom komentar, bukan?

Ah, tapi mari kita akhiri dengan sedikit optimisme. Acara di Vihara Avalokitesvara ini mungkin hanya satu dari sekian banyak acara yang diadakan di Indonesia, namun siapa tahu, ini bisa menjadi contoh kecil dari potensi besar bangsa ini untuk hidup rukun dalam keberagaman. Jadi, mari kita rayakan perbedaan, meski terkadang rasanya seperti menelan pil pahit. Bukankah itu yang membuat hidup di Indonesia menjadi sangat menarik?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun