Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Pemerhati Ekonomi, Penulis, Penikmat Makanan Lezat dan Pembelajar Ilmu Pemberdayaan Diri. Mantan Pegawai Bank dan Finance. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Pasca Sarjana Studi Ekonomi Syariah di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Menyukai seni musik dan sulap, khusus untuk sulap saya menyukai ilusi dan kecepatan tangan. Menulis bagi saya untuk meningkatkan sebuah kesadaran dalam berkehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Paylater: Anugerah atau Musibah?

30 Juli 2024   14:51 Diperbarui: 30 Juli 2024   14:53 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang saat ini tidak tahu paylater? Semua orang, dari yang tua hingga yang muda, tampaknya sudah akrab dengan konsep pembayaran ini. Bayangkan sebuah dunia di mana Anda dapat memiliki barang tanpa membayar sepeser pun di awal. Sebuah kemudahan berbelanja yang datang dengan janji manis: ambil barang sekarang, bayar nanti. Tapi ingat, ini bukan "ambil barang dan lupakan bayarannya," melainkan "ambil barang, lalu terjebak dalam bayangan cicilan bulanan."

Saat Anda memutuskan untuk mengambil barang dengan paylater, itu artinya Anda memasuki dunia cicilan bulanan yang penuh dengan tenor dan kesepakatan yang menjanjikan. Ada tenor tiga bulan, enam bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tergantung pada seberapa panjang Anda ingin menyiksa diri sendiri dengan komitmen pembayaran.

Tak bisa dipungkiri, paylater memang memberikan kemudahan yang luar biasa. Saat uang tidak ada di tangan, paylater muncul sebagai penyelamat yang menawarkan solusi instan. Kita bisa membeli barang impian tanpa harus menunggu hingga gajian datang. Siapa yang bisa menolak godaan seperti ini? Sayangnya, di balik kemudahan tersebut, tersimpan resiko yang tak kalah besar.

Satu rumah tangga mungkin menyimpan lebih dari satu barang yang dibeli melalui paylater, seperti peralatan elektronik atau furnitur. Seolah-olah paylater ini adalah kunci ajaib untuk mendapatkan semua yang kita inginkan tanpa repot. Tapi ingat, kemudahan ini bukan berarti tanpa risiko. Justru, dengan semua risiko yang ada, paylater bisa menjadi salah satu masalah besar yang harus dihindari.

Beberapa artikel yang pernah saya baca menyebutkan bahwa paylater memiliki efek candu bagi penggunanya. Kemudahan dalam membeli barang disertai dengan sifat konsumtif yang tinggi, akhirnya menumbuhkan sifat hedonis tanpa disadari. Akibatnya, banyak orang yang terjerat dalam utang akibat keasyikan berbelanja online.

Kebiasaan ini bisa merugikan bagi siapa pun yang sudah kecanduan paylater, karena dapat mengganggu kesehatan keuangan mereka. Seiring waktu, orang yang sudah terbiasa menggunakan paylater mungkin akan mendapati diri mereka memiliki banyak barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Di sinilah sifat konsumtif dan hedonis mulai mengambil alih.

Di balik kemudahan yang ditawarkan paylater, ada banyak resiko yang siap menanti. Beberapa resiko utama menggunakan paylater meliputi:

1. Sifat Konsumtif Berlebihan: Paylater mendorong kita untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

2. Keuangan yang Terganggu: Membayar cicilan bulanan dari berbagai barang bisa mengacaukan anggaran rumah tangga kita.

3. Penumpukan Barang Tak Berguna: Banyak barang yang hanya menumpuk di rumah, tanpa pernah benar-benar digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun