Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary

Seni Menolong Diri Sendri

11 Juli 2024   03:00 Diperbarui: 11 Juli 2024   03:29 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kita semua pernah berada dalam situasi di mana dunia seolah-olah sedang berkonspirasi untuk membuat hidup kita lebih sulit. Menariknya, dalam kondisi seperti itu, ke mana perginya semua orang yang dulu selalu ada saat kita senang? Mereka hilang seperti bayangan di bawah sinar matahari, meninggalkan kita bergelut sendirian dengan masalah kita. Mengeluh tentu bukan solusi terbaik, tapi bagaimana tidak terbesit keluhan ketika dunia seakan mengabaikan kita?

Di sisi lain, ada orang-orang yang selalu tampak seperti mendapat pertolongan dari "malaikat" yang mengikutinya ke mana pun ia pergi. Apakah ini benar? Apakah mereka memiliki jaringan rahasia bantuan yang tidak kita ketahui? Atau mungkin mereka hanya beruntung berada di tempat dan waktu yang tepat? Kita bisa saja iri, tapi mungkin ada pelajaran yang bisa dipetik dari mereka.

Dari pengalaman pribadi, saya belajar bahwa seni menolong diri sendiri ternyata berkaitan erat dengan memperbanyak menolong orang lain. Tidak hanya diucapkan dalam berbagai agama, tapi juga dibuktikan dalam praktik hidup sehari-hari. Memang, hasil dari menolong orang lain tidak selalu langsung terasa, namun pertolongan itu akan datang di saat yang paling dibutuhkan, seperti superhero yang muncul di adegan klimaks film aksi.

Ada satu waktu di mana saya menghadapi masalah begitu pelik hingga fisik saya kolaps dan harus dilarikan ke rumah sakit. Itu adalah pertama kalinya saya menginap di rumah sakit, pengalaman yang tak ingin saya ulangi. Saat menghadapi masalah, saya memilih untuk tidak menceritakan kesulitan yang saya alami kepada siapa pun. Mengapa? Karena respon yang paling umum adalah nasihat klise seperti "sabar". Percayalah, sabar memang penting, tapi itu tidak menyelesaikan masalah.

Fokus pada solusi adalah kunci. Namun, kita sering kali terjebak dalam labirin masalah tanpa melihat pintu keluarnya. Bos saya selalu memberi nasihat, "jangan fokus pada masalah. Fokus pada solusi." Nasehat ini terdengar sederhana, tetapi sangat sulit dilakukan ketika kita terjebak dalam pusaran masalah. Namun, petuah ini menjadi mantra yang saya pegang teguh saat menghadapi kesulitan.

Kepercayaan diri juga menjadi elemen penting dalam menghadapi masalah. Ketika kita merasa sendirian dan dunia seolah menjauh, ingatlah bahwa kita sedang dalam proses seleksi alam. Ya, seperti seleksi alam di hutan belantara di mana yang terkuatlah yang bertahan. Jangan membenci orang-orang yang menghilang saat kita berada dalam kesulitan. Mungkin mereka hanya tidak tahu cara membantu atau mereka sendiri sedang bergelut dengan masalah mereka.

Saya pernah ditipu saat ingin memulai bisnis. Uang yang saya kumpulkan bertahun-tahun lenyap dibawa kabur oleh teman saya sendiri. Ironis, bukan? Stres dan hampir gila, saya mulai menyalahkan orang-orang di sekitar saya. Namun, nasihat bos saya kembali terngiang di telinga, "Jangan fokus pada masalah, fokus pada solusi." Dalam situasi sulit ini, solusi datang dari rencana gila yang saya rancang untuk keluar dari krisis. Menakjubkan, bantuan datang dari arah yang tidak terduga, seolah-olah ada kekuatan misterius yang membantu dan banyak orang yang menyodorkan tangannya untuk membantu, bahkan orang yang tidak pernah saya kenal.

Kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita, mungkin tidak segera, tetapi di waktu yang tepat. Saya Kembali punya pengalaman sederhana tentang hal ini. Saat berkunjung ke sala satu objek wisata, saya diberi buah-buahan oleh seorang bapak petani yang baru saya temui, ia baru aja pulang dari memanen buah-buahan tersebut. Mengapa dia begitu baik? Mungkin karena dulu saya juga pernah membagi-bagikan buah-buahan hasil kebun keluarga kepada tetangga. Karma baik ini datang pada waktu yang tepat, mengingatkan bahwa tindakan kecil kita akan berbuah manis di masa depan.

Menolong orang lain adalah investasi jangka panjang yang akan kita tuai. Tidak perlu mencari alasan besar untuk menolong. Tindakan kecil seperti membantu tetangga, rekan kerja, atau bahkan orang asing bisa membawa dampak besar. Pengalaman saya menunjukkan bahwa ketika kita memperlancar urusan orang lain, urusan kita pun akan dipermudah pada waktunya.

Refleksi diri sangat penting dalam hal ini. Sudahkah kita menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan kita? Apakah kita lebih banyak memberi atau menerima? Jangan-jangan kita selama ini menjadi sosok yang hanya mengambil tanpa memberi. Kita perlu merenungkan dan memperbaiki diri. Jangan sampai kita menjadi orang yang kejam dan tidak berguna bagi sesama manusia.

Sebagai penutup, ingatlah bahwa dalam menghadapi masalah, kita harus percaya pada diri sendiri dan terus menolong orang lain. Dunia ini mungkin tampak kejam, tetapi kebaikan kecil yang kita lakukan akan menciptakan dampak besar. Tidak perlu menjadi pahlawan super, cukup menjadi versi terbaik diri kita yang selalu siap membantu dan memberikan yang terbaik bagi orang di sekitar kita. Inilah seni menolong diri sendiri, sebuah ironi yang mengajarkan kita untuk tetap kuat dan bermanfaat meski dalam kesulitan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun