Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ransomware Menyusup, Keamanan Digital Kita Hanya Ilusi?

27 Juni 2024   12:28 Diperbarui: 27 Juni 2024   12:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by canva/diolah pribadi

Serangan Siber di PDNS: Antara Kekacauan Digital dan Realitas Keamanan Data Kita
Pada pagi yang cerah di bulan Juni 2024, di tengah hiruk-pikuk rutinitas harian, tiba-tiba berita menghebohkan muncul: Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) diserang oleh ransomware. Tak butuh waktu lama bagi masyarakat untuk merasakan dampaknya. Layanan publik, termasuk layanan imigrasi, lumpuh total. Internet riuh rendah, media sosial gegap gempita, dan semua orang berbicara tentang satu hal: keamanan data di Indonesia.

Mengapa Data Kita Mudah Diretas?
Kita sepakat, tidak ada sistem keamanan digital yang benar-benar kebal terhadap peretasan. Namun, mengapa serangan siber seakan menjadi rutinitas di negeri ini? Mari kita kulik lebih dalam. Ketika infrastruktur sepenting PDNS bisa dengan mudahnya ditembus, pertanyaan besar muncul: seberapa ringkih sebenarnya keamanan data kita?

Beberapa pihak langsung menuding kurangnya profesionalisme pemerintah dalam memilih vendor dan menjalin hubungan kerja sama. Lainnya, dengan skeptis bertanya-tanya tentang kualitas SDM di bidang teknologi informasi. Apakah para pakar kita kurang kompeten? Ataukah mereka sekadar boneka dalam birokrasi yang lebih berbelit dari labirin Minotaur?

SDM dan Profesionalisme: Benang Kusut yang Harus Diurai
Pernahkah Anda membayangkan seorang ahli IT yang lebih sering berurusan dengan kopi dan berkas ketimbang kode dan server? Begitulah gambaran ironis dari kondisi SDM kita. Alih-alih berkutat dengan firewall dan enkripsi, mereka justru terjebak dalam rapat-rapat tak berujung yang lebih membahas anggaran daripada ancaman siber.

Kekurangan kompetensi atau sekadar salah urus? Faktanya, sering kali posisi strategis dalam pengelolaan data nasional diisi oleh orang-orang yang lebih pandai menjilat atasan daripada mengelola keamanan data. Hasilnya? Kebijakan setengah matang yang membuat kita semua terpapar pada risiko serangan siber.


Solusi: Perlu Perombakan Total atau Sekadar Tambal Sulam?
Insiden ini jelas menunjukkan bahwa kita membutuhkan solusi konkret. Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita siap untuk perombakan total, atau cukup dengan tambal sulam sana-sini? Untuk benar-benar memperkuat keamanan data, kita membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan terstruktur, bukan sekadar reaksi panik setiap kali terjadi serangan. Pertama, kita perlu memperkuat infrastruktur keamanan siber dengan teknologi terkini. Jangan hanya bergantung pada vendor yang memberi harga termurah tapi tidak menjamin kualitas. Kedua, peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas. Pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi internasional wajib dilakukan untuk memastikan para ahli kita benar-benar ahli, bukan sekadar titel kosong.

Regenerasi Pemikiran: Dari Birokrat ke Teknokrat
Pemerintah perlu berani mengambil langkah, mengganti birokrat dengan teknokrat. Bayangkan seorang hacker etis yang benar-benar mengerti cara berpikir seorang peretas duduk sebagai pengambil keputusan. Dengan begitu, kebijakan yang dibuat tidak hanya teoretis tetapi juga praktis dan efektif. Selain itu, kita perlu menjalin kerja sama dengan para ahli keamanan siber internasional. Bukan berarti kita meremehkan kemampuan lokal, tapi terkadang perspektif dari luar bisa memberi solusi yang tak terpikirkan sebelumnya.

Edukasi Publik: Kesadaran Akan Keamanan Digital
Sering kali, kita meremehkan pentingnya edukasi publik. Padahal, serangan siber bisa dicegah jika masyarakat paham dasar-dasar keamanan digital. Misalnya, tidak asal klik tautan, atau menggunakan kata sandi yang kuat. Pemerintah perlu menggencarkan kampanye kesadaran ini, bukan hanya di kalangan pegawai negeri tapi juga masyarakat umum.

Mengukur Efektivitas Kebijakan: Jangan Hanya di Atas Kertas
Kebijakan sehebat apa pun tak ada artinya jika hanya di atas kertas. Kita perlu mekanisme pengukuran yang jelas untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil benar-benar efektif. Misalnya, audit berkala oleh pihak independen yang bisa memberi penilaian objektif tentang seberapa aman sistem kita.

Kesimpulan: Jangan Menunggu Serangan Berikutnya
Serangan siber terhadap PDNS adalah cermin betapa rentannya keamanan data kita. Ini bukan sekadar insiden, tapi peringatan keras bahwa kita harus berbenah. Bukan hanya pemerintah, tapi seluruh elemen masyarakat. Edukasi, perombakan kebijakan, dan peningkatan kualitas SDM adalah kunci agar kita tidak terus-terusan menjadi korban serangan siber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun