Happy Birthday,
Suatu kata yang membuat hidup kita terus berlangsung, berlanjut, dan terus berjalan mewmbawa kita pada suatu kedewasaan hidup untuk terus berkarya, mencipta, dan membuat segalanya berarti untuk kita, orang tua, keluarga, sahabat, teman, rekan, orang yang kita sayangi, cintai, banggakan, panuti, dan Terutama untuk Nya, yang memberi kita akal, pikiran, jiwa, hati nurani, rasa sayang, kehidupan, indera, dan semuanya, dimana semua itu tidak dapat diberikan oleh siapaun,..
Aku memulai semua ini dengan satu harapan : semoga saat ini engkau memiliki cukup banyak kasih sayang dikedalaman hatimu uuntuk mencintai kehidupanmu dan kehidupan banyak orang, apapun keadaannya. Karena hanyakekuatan itulah yang sanggup menyumberkan keajaiban pada diri anak manusia.
Bayangkanlah! Seakan akansaat ini engkau berada ditengah tenagh padang ilalang yang luas disenja hari, engkaau sendirian. Benar benar sendiri! Engkau lihat matahari itu : teduh dan tenang dalam paduan warna yang menyiratkan keharuan dari ketidakabadian. Indah, tapi sejenak saja engkau menunggu, dia akan segera tenggelam. Dan burung burung itu berterbangan dalam kesuraman mengusung ritme suara yang mengambarkan mimpi mimpi indah atau kesadaran yang menggelisahkan. Kian senyap! Seperti ilalang yang terdiam dalam kesuramansenja, tanyailah dirimu , apakah hidup ini sungguh sungguh berarti ? dan apakah yang sanggup memberi arti baginya ?Renungkanlah ! sebelum engkau kuajakmelakukan perjalanan panjang bersamaku dalam kehidupanku yang sangat beda dengan kehidupanmu,…
Mahasuci Allah, yang telah memberkati hamba hambanmya dengan kepekaan sehingga ia sanggupmenemukan YANG TERSEMBUNYIdan MEMBAHASAKANYANG TERDALAM,.. satu kali Dia yang Mahamutlak berucap dalam ar-Rahman :” nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan “,.. Ya, dia terlampau mencintaiku, meskipun apa yang kulakukan untukNya lebih sering menunjukan tanda tanda pendurhakaan ketimbang cinta. Ruh, akal, hati, dan jiwa, adalah bingkisan indah dari-Nya yang tidak akan pernah bisa diberikan oleh apapun dan siapapun, kecuali Dia! Dari Dialah aku me3nuliskan semua ini untukmu. Aku tak tahu mengapa aku memiliki kekuatan untuk merenung dan menghayati keberadaanmuuntuk kemudian menuliskannya dalam lembaran lembaran ini. Engkau boleh menanyakan teentang semua ini padaku, tapi yakinlah bahwa aku tidak akan bisa memberikan jawaban yang memuaskan, kecuali untuk satu hal bahwa engkau telah menjadi sosok terpilih untuk ruh, diri, akal, dan hatiku;
Aku ingin engkau menamainya sendiri
Tentang getaran getaran dikedalaman yang berbicara dengan bahasanya sendiri,
Hingga membingungkan pemilik hati.
Ia melahirkan seribu bentuk, dan dunia pun penuh dengan lukisan, tapi ia tak memiliki bentuk,.
Aku ingin engkau menamainya sendiri
Tentang benturan benturan bergemuruh yang meminta dipertemukan pada wajah yang tak mau beranjak dari pikiran,..
Seperti layang layang, ia bersama angin
Seperti air , ia menuju muara,…..
Hayati dan maknailah sendiri, seperti aku menghayati dan memaknai pikiran dan perasaanku,..
Aku tidak tahu apakah engkau memiliki pemikiran pemikiran tentangku, sebanyak pemikiranku tentangmu,…
Aku adalah orang asing dalam hidupmu , lebih asing dari daun daun yang berguguran dibelakang rumah tetangga, dan lebih mengejutkan dari hujan deras yang tiba tiba mengguyur halaman rumahmu. Dan aku tidak memiliki cukup banyak keberanian untuk berkhayal, bahwa kau akan tertawa riang dan berlari lari dibawah guyuran hujan yang datang tiba tiba, atau bernyanyi ditengah tengah daun yang berguguran. Aku hanya berfikir bahwa kau berhak untuk berteduh dari hujan, dan menyapu dedaunan yang mungkin hanya akan mengotori halaman rumahmu. Sesederhana saja, aku rindu untuk menunjukan padamu apa yang ingin kutunjukan: pondokan dan kebun bunga yang tak mengenal musim, namun entah untuk siapa:
Datanglah!
Aku ingin memberikanya padamu
Aku sekarang memiliki pondokan disana, tunjuku ke langit.
Benarkah? Ya! Di sana aku punya kebun bunga yang tak mengenal musim,
Namun entah untuk siapa.
Mungkin pondokan dan kebun bunga itu akan menjadi milikmu, dan tidak mustahil jika akhirnya hanya menjadi miliku sendiri. Namun yang pasti aku teramat rindu untuk menunjukannya padamu dan berharap engkau akan senang, dan bisa menjadi penghibur hidupmu disaat saat hampa, sedih, atau bisa menjadi pencerah dari secuiltujuan berharga yang hendak kau capai.
Adalah suatu penghargaan bagiku, saat kau bersedia meluangkan waktu untukku. Kurasa untuk mengenalmu aku membutuhkan lebih banyak waktu, kesengajaan, kesungguhuan, kesadaran, dan suatu rencana. Ini penting, sebab yang kutawarkan padamu adalah kehendak untuk mendengarkan, mengerti, memahami, dan bahkan yang lebih dalam dari pada itu. Jika kau bertanya padaku,” kemana aku akan berangkat? Maka aku akan jawab,” aku akan berangkat menuju suatu tempat yang hendak kau tuju, sejauh aku kuat, sepanjang aku mampu, setinggi aku bisa, sedalam aku sanggup.’ Kupikir inicukup rasional, karena jika kupaksakan diriuntuk kuat, mampu, bisa, dan sanggup itu sama artinya aku membebanimu.
Aku tidak berani, meski hanya sekedar berkhayal atau membayangkan kau akan menjadi ini atau itu dalam hidupku. Aku hanya berani berfikir kalau aku punya hari ini, dengan waktunya, hidupya, pikirannya, perasaannya, dan tentu saja kau yang telah hadir ditengah tengah waktu, hidup, pikiran, dan perasaan itu sendiri. Ini adalah keputusanku. Inilah pikiran dan perasaan yang telah kupilih, dari pilihan pilihan bebasku yang lain.
Sudah sejak awal kutanamkan kuat kuat dalam pikiranku bahwasanya kau adalah manusia, seorang gadis, pribadi yang tentu saja memiliki kebebasan dan hak untuk memilih, berbuat, dan menentukan hidupmu sendiri. Dalam kompleksitas itu adalah bijak jika kupahami engkau sebagaimana engkau, dan bukan sebagai diriku, apalagi aku.Karena menurutku menjadi diri sendiri itu lebih baik ketimbang kepurapuraan.
Engkau kuhayati sebagai engkau yang sama seperti diriku,…
Inilah kedamaian yang lahir dari keadilan sejak dalam pikiran dan dari kebijaksanaan sejak dalam hati. Dari sinilah aku akan berangkat. Yah! Berangkat menuju suatu tempat yang hendak kau tuju, sejauh aku kuat, aepanjang aku mampu, setinggi aku bisa, dan sedalam aku sanggup.
Jujur aku malu mengatakan kata kata itu, sebabaku belum tahu apa sebenarnya yang hendak kau tuju, untuk hari ini, untuk esok, bulan depan, atau ditahun tahun mendatang,.,,,
Aku telah bertutur padamu tentang pondokanku dan kebun bunga yang teramat ingin kutunjukan padamu. Siapa tahu pondok dan taman bunga itu bisa sedikit menghibur kehidupanmu, atau bahkan kau menyukainya dan akhirnya memutuskan untuk tinggal didalamnya, dan merawatnya dengan segsnap hati dan pemikiran, sebagaimana engkau merawat jiwa dan dirimu sendiri.
hari ini engkau telah hadir dalam kehidupanku, memberi warna, dan memberi dorongan, yang mungkin tidak ada dalam kehidupanku sebelumnya.
Aku tak tahu apa yang ada dalam benakmu setelah membaca tulisan ini. Namun yang pasti aku telah menuliskannya dengan segenap hati dan pemikiran. Rasa terima kasihku untukmu karena kau telah meluangkan waktu untukku barang sesaat, untuk mengemukakan pikiran, dan mengatakan perasaan, terlebih lagi engkau telah bersedia membaca tulisanku, yang sangat mungkin tidak mengandung kebenaran apa apa, selain kebenaran bahwa tulisan ini hanyalah bualan seorang laki laki.
Akhirnya, kumohonkan pada Allah agar engkau bisa menemukan apa yang kau cari, menikmati apa yang kau punya, dan bisa memberi makna dari setiap desah napas, kedipan mata, dan langkah kakimu di tengah tengah kehidupan ini,..
Peercayalah, bahwa Allah masih mempercayai kita untuk melakukan banyak hal dalam hidup ini demi kebaikan, kemanfaatan, keberartian, dan kebermaknaan hidup,…
Selamat Menempuh Hidup Baru
I love you
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H