Mohon tunggu...
Fikcenzo
Fikcenzo Mohon Tunggu... Dosen - Bukan Mafia, Bukan Juga Konsultan, Apalagi Psikolog.

Nulis kadang-kadang. Kadang-kadang nulis. Tergantung mood.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjadi Red Flag di Mata Orang Lain

8 Oktober 2024   23:04 Diperbarui: 9 Oktober 2024   00:50 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Dalam hubungan percintaan, tak jarang kita dihadapkan pada situasi sulit yang melibatkan bukan hanya dua orang, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar. Salah satu tantangan terbesar yang mungkin dialami seseorang adalah ketidaksetujuan orang tua terhadap pasangan. Keputusan untuk mengakhiri hubungan karena penolakan dari keluarga sering kali memaksa kita berada di persimpangan sulit. Di satu sisi, ada perasaan cinta yang dalam, namun di sisi lain, restu keluarga menjadi faktor krusial yang sulit diabaikan.

Saya pernah berada dalam situasi seperti ini, dan hasilnya, saya dicap sebagai "red flag." Meskipun keputusan saya didasarkan pada penolakan orang tua, label tersebut terasa tidak adil. Tetapi, apa sebenarnya arti dari label "red flag," dan mengapa kita sering kali dinilai dari keputusan yang kadang tak sepenuhnya berada dalam kendali kita?

Ketika Penolakan Orang Tua Menjadi Faktor Penentu

Restu orang tua sering kali dipandang sebagai elemen penting dalam hubungan, terutama dalam budaya yang sangat menghargai institusi keluarga. Tidak jarang, peran orang tua dalam memilih pasangan anak-anak mereka dianggap sebagai bentuk tanggung jawab dan kasih sayang. Namun, bagaimana jika orang tua kita menolak mentah-mentah pasangan yang kita cintai? Apakah kita harus terus bertahan dan melawan, ataukah keputusan untuk mengakhiri hubungan demi menghormati keluarga adalah langkah yang benar?

Dalam kasus saya, orang tua menolak pasangan saya tanpa alasan yang bisa saya sanggah atau ubah. Mereka tidak setuju sejak awal, dan semakin lama, semakin sulit bagi saya untuk memberi argumen yang bisa mengubah pandangan mereka. Ketika berhadapan dengan situasi di mana restu keluarga menjadi tak terjangkau, pilihan untuk mempertahankan hubungan menjadi semakin sulit. Pada akhirnya, keputusan itu harus diambil, bukan karena saya tidak mencintai pasangan saya, tetapi karena tekanan dari keluarga terlalu berat untuk diabaikan.

Label "Red flag" yang Tidak Adil

Dicap sebagai "red flag" karena memutuskan hubungan demi keluarga terasa seperti beban tambahan yang tidak adil. Dalam hubungan, kita sering kali dinilai berdasarkan keputusan yang kita buat, tanpa mempertimbangkan tekanan dan konteks di baliknya. Label "red flag" biasanya dikaitkan dengan orang yang memiliki sifat beracun atau perilaku manipulatif yang bisa merugikan pasangan. Namun, dalam kasus saya, keputusan itu didorong oleh faktor eksternal yang sulit saya kendalikan.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan "red flag"? Dalam konteks hubungan, "red flag" merujuk pada tanda-tanda peringatan atau perilaku negatif yang dapat menyebabkan masalah di masa depan. Beberapa ciri "red flag" yang umum termasuk:

1. Kontrol berlebihan -- salah satu pihak cenderung mengendalikan setiap aspek kehidupan pasangannya, baik dalam keputusan kecil maupun besar .

2. Kecemburuan berlebihan -- ketika pasangan terus-menerus mencurigai atau merasa tidak aman tanpa alasan yang jelas .

3. Kurangnya rasa hormat -- baik dalam bentuk penghinaan, merendahkan, atau perilaku yang merugikan harga diri pasangan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun