Mohon tunggu...
online
online Mohon Tunggu... Penulis - ,,,....

,,,...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kosmopolitan dan Kacamata Superior Melihat Warga Negara Asing

20 Januari 2021   11:39 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:16 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia ini semua tampak sepeti biasa saja, hanya tafsirannya yang membuat lebih- Pramoedya

Mengapa kita sering melihat jika turis turis atau warga negara asing manakala berkunjung ke asia tenggara khususnya Indonesia, dijadikan model atau kita merasa menjadi wartawan dadakan sibuk memewancarai dan mengambil gambar mereka, mengapa ini sering terjadi dan terulang di setiap daerah saja bukan hanya bali tempat di mana banyak warga negara asing datang untuk liburan,

Apa istimewanya warga negara asing?kita sama seperti mereka makhluk yang tinggal di bumi allah swt ini berhak menyandang predikat untuk di hargai sesama manusia tidak dengan berlebih lebihan kecuali itu profesi yang menunjang seperti artis dll, beberapa tulisan yang saya baca ini adalah gelagat peninggalan kolonialisme, saya melihat itu bukan sebagai kolonialisme tetapi cara pandang kita belum cosmopolitan! Sejak abad ke 21 dunia sudah bukan lagi milik siapa negaranya yang mempunyai nuklir untuk persiapan perang atau cadangan devisa, abad 21 kita melihat bahwa setiap negara dianggap berarti manakala dia bisa memonopoli perdagangan dan teknologi

Tetapi mengapa kita selalu tunduk dengan warga negara asing? Apakah rata rata warga negara asing berparas cantik dan kita harus memujinya?ini sama saja mengkhianati produk local! Dan menciptakan rasis semu secara tidak sadar, di dalam diri kita, kita pernah mengalami ambivalensi dua perasaan yang masuk secara bersamaan, gelagat ini menunjukan bahwa di satu sisi kita menyukai dan di sisi lain kita kedapatan membenci

Lalu apa itu kosmopolitan?sebuah wacana baru dengan melihat dunia dengan sama rata dan tidak berlebih lebihan tidak ada yang superior dan dijadikan dirinya tinggi manakala dia paling atas dalam sistem hierarki beranggapan bahwa merea superior secara materi dan paraspun sebenarnya di larang

Dalam wacana yang saya ciptakan di akhir kaliat ini, kita harus benar benar melihat semua bukan dari mana dia berasal tetapi cara berfikir dan cara pandangnya apakah menyalahi atau merugikan orang, bukan dengan standart dariana dia berasal dan seberapa banyak materi yang dia punya, kalau terus begitu kita akan di injak injak terus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun