Mohon tunggu...
fikri oslami
fikri oslami Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Riyadh, Sebuah Mimpi

21 April 2015   01:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429555544664405247

Merasa mimpi, yah itulah kalimat pertama yang saya ucapkan ketika diberi kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan ekonomi syariah di Jami’ah al Imam Muhammad ibnu saud Islamic University, Riyadh, Arab Saudi. Tidak pernah terfikir dalam pikiran saya, seorang anak yatim yang hidup dari keluarga yang sederhana yang memang hampir masuk kategori miskin, akhirnya bisa juga keluar negeri, bahkan semua biaya ditanggung oleh pihak univeristas, dari tiket pesawat PP, transportasi dan akomodasi selama diklat dan segala macam kebutuhan yang ada ditanggung pihak Universitas.

Sebelum saya bercerita lebih lanjut tentang Riyadh, Mohon maaf apabila tulisan ini mungkin belum masuk kategori tulisan yang baik, namun ketika disini keinginan menulis saya yang sudah hampir 2 (dua) tahun ini hilang muncul kembali dan rasanya semuanya mengalir begitu saja. Baiklah saya akan bercerita dahulu awal mula bisa menjadi salah satu peserta diklat ekonomi syariah dari 40 orang hakim ekonomi syariah. Proses ini sebenarnya sudah sejak 3 (tiga) tahun yang lalu, ketika ada pendataan hakim yang mempunyai kemampuan berbahasa Arab yang dilakukan oleh Dirjen Badan Peradilan Agama (Badilag), Mahkamah Agung RI dan saya menjadi salah satu dari ribuan hakim seIndonesia yang mendaftar, lalu diwawancarai oleh pihak Badilag dengan mendapat nilai B pada waktu pengumumam hasil tersebut.

Lalu berselang 3 tahun kemudian, tepatnya diakhir tahun 2014 Badilag memanggil lebih kurang 130an hakim yang dianggap mempunyai kemampuan berbahasa arab untuk ditest mengikuti diklat tersebut di LIPIA (lembaga ilmu pengetahuan dan ilmu Al Qur’an) dimana pengujinya langsung Dekan Sekolah Tinggi Peradilan Dr. Abdullah Abdurrahman At Turaiki, dan Alhamdulillah saya terpilih menjadi salah satu peserta diklat dari 40 orang hakim seluruh Indonesia.

Namun terlepas dari usaha yang saya lakukan, ada satu hal yang juga tidak dapat dipisahkan, yaitu DOA, teringat perkataan kiayi saya AL Mukarrom Drs. KH. Muhammad Ma’shum Yusuf di pesantren saya dahulu, beliau pernah berkata doa tanpa usaha omong kosong, dan usaha tanpa doa itu bohong, maka menurut saya antara DOA dan USAHA adalah dua hal yang tidak apat dipisahkan dalam kehidupan kita,keinginan untuk lulus ke Riyadh, Arab Saudi semakin besar karena almarhum ayah saya meninggal di Mekkah dan dikebumikan disana, sehingga dari dahulu saya berkeinginan setidaknya ingin melihat tempat ayah saya dikebumikan, walaupun saya tidak tahu persis letak kuburannya.

Dan yang paling utama menurut saya adalah doa seorang ibu, seorang fikri oslami tidak akan bias menjadi seperti ini kalau bukan mendapat ridho dan doa dari ibu saya sebagaimana didalam hadis disebutkan “Ridho Allah itu terletak pada ridho orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. Saya masih bersyukur dikaruniai seorang ibu yang kuat dan selalu mendoakan anak-anaknya, walaupun telah ditinggal suaminya selama lebih kurang 15 (lima belas) tahun lamanya, waktu yang tidak singkat bagi seorang wanita lemah namun mempunyai kekuatan yang luar biasa menjadikan anak-anaknya menjadi orang-orang yang bermanfaat dan membanggakan bagi beliau.

Saya sering berkata didalam diri saya sendiri, kenapa terkadang kita manusia tidak bersabar terhadap doa yang kita panjatkan, mungkin Allah akan menjawab doa kita seketika itu juga atau mungkin juga Allah akan menjawab doa kita di waktu yang tepat, ibu saya pernah berkata ketika beliau menunaikan ibadah haji di tahun 2001, beliau mengatakan telah menyebut nama-nama seluruh anak-anaknya agar dipanggil juga ke Haromain (dua kota haram) Makkah dan Madinah, dan Alhamdulillah doa beliau akhirnya dikabulkan oleh Allah di waktu ini, saya yakin inilah jawaban Allah terhadap doa-doa ibunda selama ini.

Kini Riyadh, Arab Saudi sudah didepan mata saya, Keinginan saya untuk keluar negeri pertama kalinya ternyata dijawab oleh agar berkunjung ke negeri dimana tempat para nabi, negeri yang sangat dimuliakan Allah, tempat turunnya Al Qur’an, Riyadh, Riyadh and Riyadh, Unbelievable…..J

Ba’dal Isya, 17 April 2015

Kamar 501, Gedung Asrama 43 Kampus Imam Muhammad Ibnu Saud, Riyadh, Arab Saudi.

[caption id="attachment_361785" align="aligncenter" width="491" caption="dok. pri"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun