Mohon tunggu...
Fikri Muzaki
Fikri Muzaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa

Hiking

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masjid Kecil di Rumah

14 Maret 2023   17:41 Diperbarui: 14 Maret 2023   17:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  Menceritakan tentang seorang anak yang harus sembahyang di rumah karena adanya wabah. Rumah dia berseberangan dengan masjid kubah hijau yang tampak menyala terutama ketika sudah memasuki senja. Ia senang bermain ke masjid karena dapat bertemu teman-teman dan juga para pedagang yang istirahat di sana kadang sisa jatah jualan hari itu diberikan kepada anak-anak disana. Ia sering membawa plastik Sempol atau pentol. Belum lagi pak Tua si penjaga masjid kubah hijau sering mengumpulkan anak-anak dan bercerita tentang kisah para nabi. Setiap azan berkumandang, ia langsung mengambil sajadah dan lari ke masjid untuk bermain-main. Ia senang mengamati orang sembahyang tetapi ia tidak tahan bila ada suara sedikitpun. Sampai akhirnya pak Tua memberitahu bahwa ia lebih baik sembahyang di ruang samping bukan ruang utama masjid. 

  Hingga suatu hari terdapat wabah yang mengambil nyawa orang sampai-sampai sudah ada Muazin yang wafat karena wabah tersebut. Tempo hari aku tetapi hanya ada nekat bermain ke sana bersama teman-teman tetapi hanya ada satu dua orang yang hadir tetapi dengan muka tertutup kain. Sampai ibu nya melarang untjk pergi ke masjid setidaknya selama beberapa waktu hingga orang-orang cukup berani meninggalkan penutup muka bahkan ia pernah diguyur air dingin dan dibasuh sabun hingga perih. 

  Meskipun ia tidak boleh sembahyang di masjid tetapi ia harus tetap sembahyang di rumah. Sembahyang di rumah tidak sama seperti di masjid karena sekedar menghamparkan saja sudah kesulitan yang terdapat berbagai macam dagangan ayah nya, di kamar ibu nya yang penuh tumpukan cucian kering dan belum dilipat, di kamar kakak nya yang tetap harus wira-wiri dan juga barang-barang di rumah. Ketika ia sedang sembahyang di kamar kakaknya, ia mendengar percakapan ayah dan ibunya bahwa anak itu punya masalah dan ditolak terus ketika sekolah karena nggak bisa diam dan gak bisa cepat nangkap pelajaran bahkan kakaknya yang sekolahnya libur malah harus pakai internet yang butuh duit juga. 

  Pada akhirnya pada akhirnya ia senang bahwa wabah sudah selesai yang artinya bisa kembali ke masjid kubah hijau dan mendengar Pak Tua bercerita tentang para nabi. Ia mulai suka sembahyang di rumah yang ia pikir dulu jika sembahyang hanya di masjid kubah hijau walaupun di rumah yang sempit dan sesak. Jika tahu sembahyang tidak hanya di masjid kubah hijau saja, ia tidak hanya akan menggelar sajadah di kubah hijau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun