Mohon tunggu...
Fikril Islam
Fikril Islam Mohon Tunggu... Jurnalis - Akan ku gores sejarah dengan tinta

Hidup adalah pilihan, membuat arus atau terbawa arus

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Keep Smile, Don’t be Galau

13 Oktober 2014   14:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:14 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehat merupakan anugrah yang sangat mahal dan berharga, nikmat sehat takkan bisa dibeli dengan materi berapapun jumlahnya. Tak ada seorangpun didunia ini yang tak menginginkan sehat, bahkan ketika mereka kehilangan kesehatan mereka akan rela mengeluarkan uang berapapun jumlahnya untuk mendapatkan sehat itu. Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan beriringan ada kaya, ada miskin, ada tua juga muda, sehat datang bersama dengan sakit semuanya berdampingan agar terciptanya keseimbangan. Dalam surah Ali-Imran ayat 191, Allah berfirman : “...Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia”.

Allah menciptakan segala sesuatu tentunya dengan tujuan, adanya kaya karna Allah ingin menunjukkan kepada hambanya bahwa kebahagiaan harus didapat dengan kerja keras, serta adanya miskin agar manusia tak lupa diri bahwasanya tak ada yang kekal didunia ini, segala sesuatu pada dasarnya hanyalah titipan Allah semata dan akan kembali kepada-Nya kelak. Begitupun dengan sehat, tak banyak dari kita yang menyadari akan nikmat yang besar ini dan ketika Allah mengambilnya dan menguji kita dengan sakit barulah kita sadar dan merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dari diri kita.

Berbicara mengenai kesehatan, memang seolah tidak akan ada habisnya. Kesehatan sebuah anugrah istimewa yang sering kali dilupakan, banyak lembaga-lembaga nasional maupun internasional yang bertugas memperhatikan kesehatan manusia sedunia, tetapi tetap tidak akan mampu jika tak dimulai dari masing-masing individu.

Tanggal 10 Oktober lalu, Dunia memperingati Hari Kesehatan Jiwa dan Mental. Perayaan ini pertama kali diselenggarakan oleh World Federation for Mental Health pada tahun 1992, dengan membawa misi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan advokasi masyarakat seluruh dunia mengenai kesehatan jiwa. Di Indonesia, peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia mulai ditetapkan pada tahun 1993.

Di zaman modern yang serba dilengkapi dengan kecanggihan, bukan malah membuat manusia semakin sadar akan kesehatan, kebanyakan kita sering berasumsi bahwa sehat dapat diukur dan dilihat dari kuatnya fisik tanpa memperhatikan kesehatan mental atau jiwa. Padahal jiwa merupakan inti dari seseorang, ketika jiwa merasakan ketenangan maka raga akan nyaman melakukan aktivitas namun, jika sebaliknya ketika jiwa tak merasakan ketenangan maka tanpa disadari akan berdampak pada raga, seperti kehilangan gairah ataupun merasa malas ketika melakukan aktivitas.

Tentunya tak jarang kita mendengar istilah “Galau”,sebuah topik yang akan ramai dan seru jika dibicarakan, kebanyakan orang ketika mendengar kata ini akan mengasumsikan bahwa Galau adalah sebuah keadaan ketika kita merasa sedih, gelisah, kurang nyaman, stress dan sebagainya. Dilihat dari permasalahan yang sering dikemukakan oleh pelaku-pelaku yang sedang mengalami kegalauan tentu tidak akan salah. Virus galau ini memang menyerang jiwa seseorang, merenggut ketenangan hati sehingga timbul rasa ketidak nyamanan.

Galau selalu identik dengan remaja, ditengah kebinguan para remaja yang masih mencari jadi diri, mereka lupa untuk membentengi diri dari virus galau ini sehingga ketika kegalauan telah menyebar dan menyerang jiwa seseorang maka seolah-olah dunia menjadi tak bersahabat, kopi pun akan terasa kehilangan pahitnya. Sepertinya ungkapan ini tak akan berlebihan jika melihat dampak yang disebabkan oleh galau terhadap psikis seseorang.

Seharusnya galau bukanlah hal yang perlu diperbincangkan lagi, karna pada dasarnya diri sendirilah yang menentukan kegalauan itu, jika kita sedikit lebih tenang dalam menyikapi segala permasalahan maka tak akan ada lagi istilah Galau, karna galau akan dirasakan apabila kita menyerah sebelum berperang. Seringkali ketika dihadapkan oleh suatu persoalan kita terlebih dahulu menganggapnya rumit dan pelik, persepsi itulah yang kemudian akan memudahkan virus galau ini menyerang jiwa seseorang.

Keyakinan merupakan benteng seseorang dalam menghadapi berbagai virus yang silih beganti mengancam hati seseorang. Sebenarnya tak perlu ramuan khusus untuk menangkal kegalauan ini, cukup dengan trik jitu yaitu dengan percaya bahwasanya disetiap kesulitan pasti ada kemudahan. Sering kali dalam mencari kebahagiaan kita tak sadar bahwa kebahagiaan itu ada di dekat kita, layaknya seekor ikan kecil yang mencari dimana air berada yang padahal ada dan ia rasakan setiap saat. Oleh karna itu tetap berfikir positif dan tetap tenang dalam menghadapi segala masalah, karna kita adalah seorang muslim tak patut untuk mengeluh.

Sesungguhnya tak ada masalah yang besar karna kita punya Allah yang Maha Besar.

Semoga bermanfaat.. Salam kece........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun