Mohon tunggu...
Fikril Islam
Fikril Islam Mohon Tunggu... Jurnalis - Akan ku gores sejarah dengan tinta

Hidup adalah pilihan, membuat arus atau terbawa arus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Murid, Melampaui Guru

24 November 2014   05:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berbicara apalagi menbandingkan antara Indonesia dan Malaysia, tentunya akan menjadi sebuah topik yang sangat menarik juga panas dibincangkan. Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang berada dalam satu rumpun, yaitu rumpun melayu bahkan wilayah Malaysia bagian Serawak dan wilayah Indonesia yaitu Pulau Kalimantan hanya dipisahkan dengan sebuah bongkahan batu.

Persaingan antara Indonesia dan Malaysia seperti sudah mengakar kuat, masing-masing negara seolah berusaha tuk melampaui lainnya. Indonesia dengan berbagai kelebihan seperti kekayaan sumber daya manusia dan alamnya tentunya membuat iri negara lain, dalam hal sejarah pun Indonesia memiliki cerita panjang nan heroik, terlebih karena Indonesia mampu meraih kemerdekaan berkat perjuangan dan tangan-tangan anak bangsa nya sendiri.

Dalam buku GARA-GARA INDONESIA karya dari Agung Pribadi hal 69 disebutkan bahwa di masa lalu Indonesia dikenal sebagai bangsa pelopor bukan pengikut, bangsa yang punya kemandirian dan kepribadian bukan yang ikut-ikutan, bahkan Indonesia mampu membuat kepentingan Indonesia menjadi Internasional seperti ketika kedaulatan Indonesia terancam dengan hokum laut internasional yang berlaku, Indonesia mengeluarkan deklarasi Juanda untuk mengamankan wilayah laut Indonesia, yang kemudian peraturan itu justru diadopsi menjadi peraturan internasional.

Berdasarkan hal tersebut dahulu Indonesia bisa dikatakan sebagai cerminan dan pedoman bagi negara lain, begitu halnya Malaysia yang seolah berguru kepada Indonesia salah satu contoh nya adalah Petronas ( Petroliam Nasional Berhad), Petronas merupakan perusahaan Malaysia yang diakui dunia, bahkan majalah Fortune menempatkan Petronas sebagai perusahaan ke-80 terbesar di dunia pada tahun 2009, juga peringkat ke 13 di dunia sebagai perusahaan yang paling banyak menghasilkan laba di dunia, bahkan peringkat pertama di Asia pada tahun 2007 yang mampu menggeser Toyota Motor dari Jepang yang merupakan penghuni peringkat pertama di tahun sebelumnya.

Tapi tahukah anda bahwa Petronas yang menurut Ibrahim Hasyim pengarang buku Siklus Krisis di Sekitar Energi belajar dari Pertamina, kita mengetahui bahwa Pertamina merupakan Perusahan Minyak milik Indonesia. masih dalam buku GARA-GARA INDONESIA, disebutkan Petronas Malaysia belajar mengelola perminyakan dari Indonesia dengan mengadopsi Production Sharing Contract (PSC) yang terlebih dahulu diterapkan oleh Pertamina Indonesia.

Ya, Malaysia dahulu seolah menjadi murid dan Indonesia bertindak sebagai guru, sejarah tinggal lah sejarah, realitanya kini si murid telah melampaui sang guru, dalam hal pendidikan banyak para pelajar Indonesia yang menimba ilmu di negri jiran karena lebih menjanjikan dengan fasilitas yang lebih lengkap, juga dalam film Tanah Surga diperlihatkan betapa berbedanya kehidupan antara Malaysia dan Indonesia, dimana banyak rakyat Indonesia (Kalimantan) yang lebih memilih hidup dan bekerja di Malaysia.

Di Malaysia juga terdapat banyak guru besar dan peneliti yang berasal dari Indonesia, mereka bekerja disana, karena negara Malaysia mampu memberikan kehidupan yang lebih layak dari negara asalnya.

Tak hanya itu, masih segar dalam ingatan ketika Timnas Malaysia mampu menundukkan Timnas Indonesia dalam partai final Piala AFF 2010, sekaligus menobatkan diri sebagai tim sepakbola terbaik di Asia Tenggara, sedangkan Indonesia belum pernah sekalipun mencicipi menjadi juara di turnamen 2 tahunan tersebut, padahal dengan negara dengan sumber daya yang besar bahkan menjadi salah satu negara dengan penduduk terbesar dunia, rasanya tidak akan sulit untuk mencari 11 orang pemain sepak bola dengan kualitas mumpuni.

Ya kini si murid telah beberapa langkah di depan sang Guru, jadi sudah saat nya kita bangsa Indonesia kembali ke tempat yang memang seharusnya ditempati, menjadi bangsa yang unggul, bangsa yang suaranya didengar dunia Internasional, sejarah pernah mencatat hal itu, maka kita harus yakin dapat mengulanginya.

No Pain, without Gain.. We can if we think We can..

Jayalah INDONESIA…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun