Mohon tunggu...
Muhamad Fikri Yahya
Muhamad Fikri Yahya Mohon Tunggu... Mahasiswa

None

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Code Mixing dan Code Switching pada lagu Korea "Whiplash"

31 Desember 2024   09:55 Diperbarui: 31 Desember 2024   09:51 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pendahuluan

Bahasa merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa memungkinkan individu menyampaikan ide, emosi, dan informasi. Selain itu, bahasa juga berfungsi sebagai simbol identitas budaya yang mencerminkan nilai, norma, dan tradisi suatu masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi tetapi juga untuk membangun hubungan sosial, memupuk solidaritas, dan menegaskan perbedaan status atau identitas. Bahasa adalah sarana untuk mengekspresikan pemikiran dan membentuk cara kita memandang dunia. Ia berargumen bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi tetapi memainkan peran penting dalam menyusun pengalaman dan kognisi manusia, memengaruhi cara individu berpikir dan memahami realitas. (Humboldt, 1836) Pernyataan tersebut menyatakan bahwa bahasa lebih dari sekedar alat komunikasi; itu memainkan peran penting dalam membentuk pemikiran kita dan membentuk cara kita memandang dunia. Humboldt berpendapat bahwa bahasa membantu menyusun pengalaman dan pemahaman kita, memengaruhi cara kita berpikir dan memandang realitas. Intinya, bahasa yang kita gunakan memainkan peran kunci dalam membentuk proses kognitif dan pandangan dunia kita.


Bahasa dipengaruhi oleh konteks sosial di mana penggunanya berada. Perbedaan usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan lingkungan sosial mempengaruhi cara individu menggunakan bahasa. Kajian yang mengeksplorasi hubungan antara bahasa dan konteks sosial dikenal dengan istilah sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks sosial di mana bahasa itu digunakan. Oleh karena itu, sosiolinguistik membantu kita memahami bagaimana bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga cerminan dinamika sosial, identitas, dan relasi kekuasaan dalam masyarakat. (Holmes, 1992) Pernyataan tersebut berarti bahwa sosiolinguistik mengkaji bagaimana bahasa berinteraksi dengan konteks sosial di mana bahasa itu digunakan. Hal ini menyoroti bahwa bahasa tidak hanya sekedar alat untuk bertukar informasi, tetapi juga berfungsi sebagai cermin dari faktor-faktor sosial seperti struktur sosial, identitas individu dan kelompok, dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat. Sosiolinguistik membantu kita memahami bagaimana bahasa mencerminkan dan mempengaruhi cara orang berhubungan satu sama lain berdasarkan peran sosial, latar belakang budaya, dan posisi masyarakat.

Salah satu fenomena yang menarik dalam sosiolinguistik adalah Code-Mixing dan Code-switching, yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk menggabungkan dua bahasa atau lebih dalam satu percakapan. Alih kode merupakan perilaku linguistik alami dan kreatif yang mencerminkan identitas dan afiliasi sosial penutur. (Myers-Scotton, 1993) Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa praktik alih kode berupa pergantian dua bahasa atau lebih dalam suatu percakapan bukanlah suatu hal yang acak atau tidak wajar. Sebaliknya, ini adalah cara penggunaan bahasa yang memiliki tujuan dan ekspresif. Menurut Myers-Scotton, perilaku ini mencerminkan identitas pembicara, seperti latar belakang budaya atau etnis, dan hubungan sosial atau afiliasinya. Hal ini menunjukkan bagaimana penggunaan bahasa dipengaruhi oleh siapa penuturnya dan kelompok sosial dimana mereka berada atau ingin bergaul. Saat ini fenomena bercampurnya dua bahasa atau lebih tidak hanya terdapat dalam percakapan, namun juga dalam lagu. Banyak lagu dari negara yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris, seperti Tiongkok, Jepang, Korea, dan Thailand, menyertakan kata, klausa, kalimat, atau frasa dalam bahasa Inggris. Penggunaan bahasa Inggris ini dimaksudkan agar lagu menjadi lebih ekspresif dan dinamis. Terkadang, kata atau frasa bahasa Inggris muncul tidak hanya di bagian chorus atau rap, tetapi juga di awal atau akhir lagu. Hal ini sering dilakukan untuk menyampaikan gagasan utama lagu dan memastikan pendengar dapat memahami maknanya. Selain itu, memungkinkan penulis lagu untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan lebih bebas tanpa batasan bahasa, karena bahasa Inggris dipahami secara luas oleh sebagian besar penggemar musik.

Penggunaan Code-Mixing dan Code-switching dalam musik populer sering kali berfungsi untuk mengekspresikan identitas sosial, menjembatani budaya yang berbeda, dan terhubung dengan khalayak yang beragam. Selain itu, Code-Mixing dan Code-switching juga dapat ditemukan di berbagai media seperti lagu, film, talk show, majalah, media sosial, novel, dan lainnya. Berdasarkan penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penggunaan Code-Mixing dan Code-switching pada lirik lagu Whiplash karya Aespa. (Martin-Jones, 1995) Pernyataan tersebut mengemukakan bahwa alih kode dan campur kode dalam musik populer digunakan untuk mencerminkan identitas sosial dan menghubungkan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Praktik-praktik ini membuat musik lebih menarik dan dapat diakses oleh beragam audiens. Martin-Jones juga menunjukkan bahwa fitur linguistik ini ditemukan di berbagai jenis media, seperti film, acara bincang-bincang, dan platform sosial. Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana fitur-fitur tersebut digunakan dalam lirik lagu Whiplash karya Aespa.

Code-Mixing


Code-mixing adalah perpindahan unsur kebahasaan suatu bahasa ke bahasa lain, yaitu satuan kalimat dalam suatu bahasa, sehingga menggunakan kata atau ciri gramatikal dari bahasa lain. (Crystal, 2008) Penjelasan David Crystal tentang Code-Mixing mengacu pada integrasi unsur-unsur dari satu bahasa ke bahasa lain, seringkali dalam satu kalimat. Hal ini terjadi dalam situasi bilingual atau multilingual, di mana penutur beralih antar bahasa dengan menggunakan kata, frasa, atau struktur tata bahasa dari satu bahasa saat berbicara dalam bahasa lain. Code-Mixing biasa terjadi di kalangan orang-orang yang mahir dalam berbagai bahasa dan dapat mempunyai berbagai fungsi, seperti meningkatkan kejelasan, mengekspresikan identitas budaya, atau membuat komunikasi lebih mudah.

Code-Mixing biasanya digunakan dalam situasi informal dan salah satu alasan penggunaan campur kode adalah karena penutur tidak mempunyai banyak kosakata untuk mengatakan hal-hal yang ingin dibicarakan dalam bahasa yang sama atau tidak ada kata atau idiom dalam bahasa tersebut yang dapat digunakan untuk menjelaskan maksud pembicara. Code-Mixing digambarkan sebagai penggabungan unsur-unsur dari satu bahasa ke bahasa lain selama percakapan, dimana penutur berpindah antar bahasa dalam sebuah kalimat atau wacana. Hal ini biasanya terjadi ketika individu bilingual menggunakan berbagai bahasa dalam komunikasi, sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti topik, kemudahan berekspresi, atau kebutuhan untuk menyampaikan makna yang mungkin tidak dapat ditangkap sepenuhnya oleh satu bahasa. (Romaine, 1995) Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Code-Mixing melibatkan pencampuran unsur-unsur dari bahasa yang berbeda dalam suatu percakapan. Hal ini terjadi ketika penutur bilingual berpindah antar bahasa di tengah kalimat atau wacana, sering kali menggunakan kata, frasa, atau struktur tata bahasa dari kedua bahasa. Praktik ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti topik pembicaraan, kemudahan suatu bahasa dalam mengungkapkan gagasan tertentu, atau keinginan untuk menyampaikan makna tertentu yang mungkin lebih tepat atau lebih mudah diartikulasikan dalam satu bahasa dibandingkan bahasa lainnya. Code-Mixing merupakan hal biasa dalam komunitas bilingual dan mencerminkan fleksibilitas penggunaan bahasa dalam lingkungan multibahasa. Code-Mixing  dibedakan menjadi tiga jenis: (1) Pencampuran intra sentensial yang terdapat pada frasa, klausa, atau kalimat; (2) Pencampuran kode intra leksikal, yaitu campur kode yang terdapat dalam batas-batas kata; (3) Perubahan pengucapan yang melibatkan terjadi pada tingkat fonologis, seperti ketika orang Korea mengucapkan sebuah kata dalam bahasa Inggris, namun memodifikasinya ke dalam struktur fonologis bahasa Korea. (Crystal, 2008) Pernyataan tersebut menjelaskan tiga jenis Code-Mixing, masing-masing terjadi pada tingkat linguistik yang berbeda. Pencampuran intra-sentensial terjadi ketika bahasa dialihkan dalam sebuah kalimat, frasa, atau klausa, dan penutur memadukan bahasa dengan lancar di tengah kalimat.

Code-Switching

Selanjutnya yaitu Code-Switching, dimana Code-switching terjadi apabila lawan bicara menggunakan lebih dari satu bahasa secara bersamaan, sehingga terjadi perubahan dari satu bahasa ke bahasa lain dalam satu ujaran. Sebaliknya, Code-switching terjadi ketika orang dengan sengaja mengubah bahasa dan melakukannya untuk tujuan tertentu. Code-switching mengacu pada praktik peralihan antara dua atau lebih bahasa atau dialek selama percakapan, biasanya berdasarkan faktor-faktor seperti konteks sosial, subjek yang dibicarakan, atau orang-orang yang terlibat. Hal ini dapat terjadi pada berbagai titik dalam pembicaraan, termasuk pergantian bahasa dalam sebuah kalimat atau bahkan dalam satu kata. (Romaine, 1995) Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa alih kode melibatkan pergantian antara dua atau lebih bahasa atau dialek selama percakapan. Hal ini sering kali bergantung pada faktor-faktor seperti konteks sosial, topik yang sedang dibahas, atau orang-orang yang terlibat.

Code-switching dapat terjadi pada berbagai titik pembicaraan, seperti perubahan bahasa dalam satu kalimat atau bahkan dalam satu kata. Hal ini menunjukkan bagaimana penutur bilingual atau multibahasa menyesuaikan penggunaan bahasanya berdasarkan situasi, dengan tujuan untuk kenyamanan, kejelasan, atau ekspresi yang lebih efektif dalam satu bahasa. Code-switching banyak terjadi pada situasi dimana dua bahasa digunakan dalam kesempatan bertutur yang sama. Ia menyatakan bahwa alih kode ada tiga jenisnya. Ketiga jenis peralihan tersebut adalah: (1) peralihan antar kalimat, yaitu peralihan kode yang terjadi dalam batas suatu klausa atau kalimat; dimana dalam setiap kalimat atau klausa terdapat bahasa lain; (2) Code-switching simbolik, yaitu alih kode yang berupa penandaan, alih kode berupa seruan dan rangkaian frasa tertentu dalam bahasa tertentu yang disisipkan ke dalam suatu ujaran; (3) Hubungan kesinambungan dengan lawan bicara sebelumnya merupakan keadaan Code-switching yang mana penutur melanjutkan tuturan penutur sebelumnya, namun ia mengubah kode tersebut setelah ia meneruskannya. Pernyataan tersebut menjelaskan tiga jenis campur kode, masing-masing terjadi pada tingkat linguistik yang berbeda. Pencampuran intra-sentensial terjadi ketika bahasa-bahasa dialihkan dalam sebuah kalimat, frasa, atau klausa, dan penutur memadukan bahasa dengan lancar di tengah-tengah kalimat.

Ulasan Sastra

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai alih kode dan campur kode. Teeratorn Likhitphongsathorn dan Pattama Sappapan (2013) dari Thammasat University, Thailand, mempelajari fenomena Code-Mixing dan Code-switching dalam lagu-lagu pop Thailand. Mereka juga menganalisis unsur-unsur khas bahasa Inggris dalam lagu-lagu pop Thailand, mengkategorikannya ke dalam berbagai jenis, dan menjelaskan data yang mereka temukan. Persamaan jurnal ini dengan jurnal yang akan kami buat adalah sama-sama mengkaji Code-Mixing dan Code-switching dalam lirik lagu. Namun objek kajiannya berbeda. Jurnal ini fokus pada lagu-lagu Thailand, dan kami akan fokus pada lagu-lagu Korea.

Penelitian juga dilakukan oleh Tiara Pasaribu dan Debora Pardede (2017) dari Universitas HKBP Nommensen. Mereka menganalisis campur kode yang ditemukan pada lirik lagu Batak karya Siantar Rap Foundation. Dari penelitian ini penulis tertarik untuk membahas lagu-lagu Batak, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dan genre musik yang beragam semakin menonjol. Melalui penelitian ini, penulis bertujuan untuk memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk mengembangkan dan memperkenalkan lagu-lagu Batak ke negara lain agar terjamin kelestariannya. Persamaan jurnal ini dengan jurnal yang akan kami buat adalah sama-sama menggunakan Code-Mixing sebagai bahan penelitian dan fokus pada lagu. Bedanya jurnal ini hanya menggunakan Code-Mixing sebagai bahan penelitiannya, sedangkan jurnal kami menggunakan campur kode dan alih kode. Objek kajiannya juga berbeda, jurnal ini mengkaji lagu Batak, dan kami mengkaji lagu Korea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun