Cerita dinegeri dongeng 1001 malam itu ternyata benar-benar terjadi di Bumi Pertiwi ini dan hal ini tentu membuat energi lebih dan sudah barang tentu tidak akan membuat penulis merasa lelah untuk terus menyuarakan tentang kondisi jalanan di Sumatera Selatan saat ini. Gubernur Alex Noerdin telah memerintah Provinsi Sumatera Selatan tidak kurang dari 8 tahun selama dua priode kekuasaannya. Dan, saat ini hampir seluruh kondisi jalan di Sumatera Selatan hancur lebur dan rusak parah dihampir semua titik jalan tidak terkecuali di JalanKota Prabumulih, terutama Jalan Lingkar Kota Prabumulih.
Kota Prabumulih memang merupakan Kota Perlintasan. Tidak kurang dari sembilan kabupaten/ Kota bila ingin ke Palembang maka harus melewati jalanan Kota Prabumulih. Kota Prabumulih yang berada di Bagian Selatan dari Sumatera Selatan sudah dicatat sebagai sebuah daerah yang menolak eksplorasi dan eksploitasi Batubara. Kota Prabumulih yang kaya akan sumber daya alam mineral termasuk Batubara juga telah menerbitkan regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah (PERDA) yaitu Perda Nomor 1 tahun 2014 yang melarang ekplorasi dan eksploitasi batubara.
Perda ini dibuat cukup beralasan karena hempir separuh wilayah Prabumulih yang memiliki luas tidak seberapa (+ 434 km2), perut buminya kaya dengan mineral bautubara yang layak untuk dieksploitasi. Bila dibiarkan maka bisa dibayangkan akan terjadi beribu kerusakan yang dialami oleh Kota Prabumulih seperti yang terjadi dikebanyakan daerah tambang batubara di Sumatera Selatan.
Mineral hitam ini memang menjadi idola. Saat ini dibanyak daerah tidak sedikit masyarakatnya secara ilegal dan membabibuta menambang batubara seperti yang banyak ditemukan di Kabupaten Tetangga. Bahkan disepanjang jalan Lintas Tengah Kabupaten Muara Enim dengan mudah dapat ditemukan batubara yang sudah ada didalam karung yang dijual kiloan ke para tengkulak dan diangkut dengan angkutan berat melintas dengan gagah perkasa dijalanan yang ada di Sumatera Selatan.
Angkutan batubara yang berat dan selayaknya hanya diperuntukkan menjadi angkutan dilokasi tambang saat ini serta sudah berlangsung sejak kurang lebih 8 (delapan) tahun terakhir melintasi jalanan yang menjadi urat nadi pergerakan perekonomian di Sumatera Selatan. Akibatnya jalanan yang memang dibangun dan disiapkan untuk dilintasi kendaraan dengan tonage tidak berlebih itu menjadi hancur lebur. Parahnya lagi perusahaan angkutan tambang seperti tidak peduli dan tidak bertanggung jawab untuk segera melakukan perbaikan jalan.
Contoh yang paling miris adalah jalan lingkar Kota Prabumulih. Jalan Lingkar Kota Prabumulih yang yang memiliki panjang 21,5 km, dibangun dengan APBD Murni Kota Prabumulih yang menghabiskan biaya tidak kurang dari Rp 150 milyard kondiisinya sangat memperihatinkan. Jalanan yang sebelumnya sangat mulus itu dan menjadi salah satu ikon keberhasilan pembangunan Kota Prabumulih menjadi rusak parah dan hancur lebur. Saat ini jalanan yang sejak dua tahun yang lalu sudah diserahkan menjadi jalan negara (baca statusnya adalah jalan negara) seperti menjadi kubangan lumpur yang sangat tidak layak untuk dilewati lagi.
Saat hujan tiba maka jalan tersebut persis seperti kolam retensi kalau tidak mau disebut kubangan kerbau, dan saat musim kemarau maka partikel-partikel debu pun beterbangan kesana kemari menghiasi dan mewarnai langit Prabumulih.
- Menerbitkan Peraturan Walikota agar seluruh angkutan berat seperti angkutan batubara dan log kayu melintas dijalan lingkar Kota Prabumulih dan tidak melewati Jalan Jenderal Sudirman kecuali untuk angkutan sayur mayur dan sembako. Kenyataannya, pagi, siang dan malam angkutan batubara itu dengan bebas melintas bahkan dijalan-jalan kecil di permukiman penduduk Kota Prabumulih;
- Membentuk tim terpadu (bersama) untuk mengamankan jalur angkutan batubara dan log kayu. Tim ini berisikan berbagai stakeholder seperti Dishub, Pol PP, Kesbangpol, Yon zipur, Polres Prabumulih, dan lain-lain. Sejatinya tim ini bertugas agar kondisi jalanan di Prabumulih ini tetap terjaga dengan baik dan jalur distribusi pangan tidak terganggu.
- Tidak jarang seperti yang disampaikan diatas, Walikota Prabumulih menyetop sendiri angkutan batubara dan menyuruh para sopir untuk memutar balik ke jalan lingkar bila lewat dijalan Sudirman Kota Prabumulih. Langkah ini belum (tidak) diikuti oleh seluruh stakeholder yang terlibat terutama di Tim Terpadu.
Beberapa akibat (masalah) dari adanya angkutan batubara yang melintas dijalanan Prabumulih maka:
- Jalan Lingkar Kota Prabumulih menjadi hancur lebur dan hampir tidak bisa dilewati lagi. Masyarakat Kota Prabumulih sepertinya tidak ikhlas bila melihat kondisi jalan di Prabumulih terutama Jalan Lingkar yang mengalami kurasakan yang sangat parah. Jalan lingkar yang sejatinya dibangun untuk menghidupkan perekeonomian kota malah menjadi titik masalah yang seperti tidak punya solusi.
- Kemacetan dan kesemrawutan menjadi pemandangan harian yang menghiasi jalan lingkar Prabumulih. Patah as, mesin mobil rusak, mobil terperosok dan terbenam dijalan lingkar yang rusak merupakan makanan harian penduduk sekitar.
- Pungli dan Preman jalanan meraja lela. Akibat dari jalan lingkar yang rusak itu menimbulkan masalah sosial dan keamanan baru yaitu hadirnya preman-preman jalanan. Sudah jamak didengar bahwa jalanan Lingkar Kota Prabumulih seperti arena menyabung nyawa. Para sopir angkutan batubara dan juga sopir-sopir angkutan lainnya diperas dijalan lingkar. Bahkan dikalangan sopir angkutan dan masyarakat awwam tidak sedikit yang menyebut bahwa jalan lingkar Prabumulih seperti melewati Jalur Gazza. Jalan lingkar tersebut menjadi sangat tidak aman untuk dilewati terutama dimalam hari. Hampir setiap hari diharian lokal Prabumulih baik cetak maupun online seperti tidak berhenti memberitakan ditangkapnya para masyarakat yang melakukan praktik pungli terkait angkutan batubara.
- Investor mikir seribu kali bila ingin menanamkan modalnya di Prabumulih. Sulitnya menggaet para investor mengindikasiakan bahwa para investor menganggap ada yang aneh dengan kondisi Kota Prabumulih dan salah satunya adalah praktik pungli berkepanjangan (kronis) di Kota Prabumulih. Padahal sudah jelas bahwa pungli yanga ada di Prabumulih itu secara umum adalah pungli jalanan karena banyak jalan yang rusak akibat melintasnya angkutan batubara dan log kayu.
- Prabumulih hanya kebagian debu dan jalan yang rusak saja. Hadirnya angkutan batubara tidak memberikan dampak apa-apa untuk Kota Prabumulih. Tidak ada perbaikan penghasilan dari lahirnya angkutan batubara di Prabumulih. Tidak bisa juga tercermin dalam instrumentasi PDRB Kota Prabumulih bahwa angkutan batubara memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan warga kota Prabumulih.
- Generasi terbaik Kota Prabumulih tidak sedikit yang telah menjadi tumbal dan korban serta beberapa harus meninggal dengan cara mengenaskan dijalanan akibat dari truk angkutan batubara. Hari ini (kemarin), Senin tanggal 20 Maret 2016 sebagai mana diberitakan oleh Harian Prabumulih Pos, seorang Ibu Rumah Tangga tewas ditempat karena disenggol mobil batubara. Ibu Sumiata (35) menjadi korban “kesekian” (tidak terhitung lagi) yang menjadi keganasan dari angkutan batubara. Ibu Sumiata melengkapi cerita miris korban ugal-ugalan dari adanya angkutan batubara.