Mohon tunggu...
fikrijamil
fikrijamil Mohon Tunggu... Administrasi - Wong Dusun Tinggal di Kampung

Menulis Untuk Menjejak Hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Zumi Zola, Koreksi Dua Pihak!

25 Januari 2017   14:42 Diperbarui: 27 Januari 2017   17:59 1303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jambi Zumi Zola (KOMPAS.com/KURNIASARI AZIZA)

Bengis, beringas, ngeri, menakutkan, seram, keji, kejam, otoriter, dan stereotipe negatif (jiwa) lainnya langsung tergambar ketika menyaksikan video “blusukan tidak lazim” inspeksi mendadak (sidak) tengah dalu membawa wartawan Zumi Zola sang Gubernur Muda dari Provinsi yang menjunjung kesantunan adat budaya ketimuran Jambi ketika menyaksikan para petugas jaga yang “mungkin saja” terdiri dari perawat, dokter, dan petugas lain pada “tidur” saat harus “terjaga” saat dinas.

Perawat, dokter, dan petugas jaga lain seperti tersedak mendengar lonceng teriakan keras, hentakan meja, tendangan kungfu dan bentakan keras yang diiringi dengan mata melotot sambil menunjuk-nunjuk ke sana kemari yang sering dilakonkan oleh seorang jawara ketika nuraninya tersinggung.

Buntalan mulut mencucu mengerucut menjadi desingan perih nan miris menyayat hati bagi profesi terhormat, yaitu profesi kesehatan, terkhusus bagi para perawat yang bekerja 24 jam di sisi pasien (walaupun ada shift-nya). Mereka diharuskan ‘tega’ untuk meninggalkan anak-istri/suami, keluarga. Mereka juga tidak kenal hari libur, hari kejepit, lebaran, dan lain-lain. Dedikasi yang ditanamkan begitu tertanam kuat sebagai sebuah pilihan profesi. Dan, malam itu sepertinya Zumi Zola sudah kehabisan ide dan belum memiliki atau belum menemukan gagasan jitu nan sakti untuk mengurus sebuah RSUD bernama Raden Mattaher Jambi.

RSUD Raden Mattaher sendiri sebetulnya merupakan RSUD Milik Provinsi yang Juragannya adalah tentu Gubernur Zumi sendiri maka ketika sang Gubernur sedang menunjuk-nunjuk ke sana kemari, maka sejatinya tiga jarinya sedang menunjuk wajahnya sendiri.

Seperti dirunut ke belakang memang sudah ada beberapa keganjilan yang terjadi di RSUD Raden Mattaher Jambi yang dimulai dengan Mundurnya Dr. Erman sebagai Dirut RSUD Jambi hasil dari proses lelang jabatan dan belum lama dilantik sang Gubernur. Dr. Erman mengundurkan diri di Bulan Desember 2016 yang lalu atau tepatnya seperti yang diberitakan oleh tribunnews.com tanggal 6 Desember 2016 (belum dua Bulan lho...), “...Baru saja memenangi proses lelang jabatan dan dilantik langsung oleh Gubernur Jambi Zumi Zola, Direktur Utama RSUD Raden Mattaher Jambi Erman mengundurkan diri dari jabatannya”.

Dan seperti juga disampaikan di laman yang sama bahwa saat ini posisi Dirut RSUD Raden Mattaher diisi oleh Iwan Hendrawan yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pengembangan SDM Sarana dan Prasana RSUD Raden Mattaher Jambi”.

ilustrasi : screenshoot dari Kabar Jambi | Zumi Zola, Koreksi Dua Pihak
ilustrasi : screenshoot dari Kabar Jambi | Zumi Zola, Koreksi Dua Pihak
Terka-menerka, duga-menduga dan lain sebagainya hanya akan menimbulkan fitnah-fitnah lanjutan, namun sebaiknya kasus ini diambil hikmah positifnya saja terutama untuk:

Pertama, Sang Gubernur Zumi Zola

Pak Gubernur Zumi Zola (Sambil Tabik), penulis paham bahwa Bapak punya niat baik untuk membenahi sistem pelayanan rumah sakit dan juga mungkin sudah dongkol sampai ke ubun-ubun, berasap lagi dan banyak menerima laporan tentang keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Raden Mattaher Jambi, namun tidak sulit lho Pak membangun, membenahi, dan mengembangkan pelayanan rumah sakit itu. Semua profesi punya kode etik dan punya organisasi profesi, semuanya punya standar (SOP), punya juklak dan Juknis atau juga Manlak (biar disingkat semua... hehehe).

Di RSUD sekelas RSUD Raden Mattaher Jambi juga hampir dipastikan ada Satuan Pengawas Intern (SPI), ada juga Komite-Komite. Dan di eksternal mereka berhimpun di berbagai organisasi profesi yang menaunginya. Dan semua petugas kesehatan itu juga harusnya bekerja dan lulus uji kompetensi masing-masing dari organisasi profesinya. Karena kalau tidak lulus uji kompetensi, mereka tidak boleh bekerja dan melayani pasien.

Bapak juga bekerja dengan tenaga teknis fungsional sekaligus pemikir. Mengapa demikian? Karena semua petugas kesehatan itu tahu bahwa yang dilayani mereka itu adalah “MANUSIA” dan mereka kuliah di bidang itu sehingga pendekatannya tidak bisa disamakan dengan petugas bengkel yang mengetok mesin, remukkan kemudian hancurkan dan las lagi terus sambungkan... starter lalu hidup lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun