Mohon tunggu...
Fikri Haekal Akbar
Fikri Haekal Akbar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin

Fikri Haekal Akbar merupakan penulis buku "Mahastudent: Mahasiswa dengan Segala Keresahannya".

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Hari Ibu, Perempuan dan Masa Depan Peradaban

22 Desember 2024   19:08 Diperbarui: 22 Desember 2024   19:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, adalah momen yang nggak cuma buat bilang "I love you" ke ibu, tapi juga waktu yang pas untuk nyadarin betapa besarnya peran perempuan, nggak cuma di rumah, tapi juga di masyarakat dan dunia. Kalau dipikir-pikir, perempuan itu kayak superpower yang sering kali nggak terlalu disorot, padahal kontribusinya gede banget dalam berbagai aspek kehidupan.

Kita mulai dari hal yang paling dekat dulu, yaitu peran ibu di keluarga. Kalau mau jujur, ibu itu sering jadi pusat segalanya. Dari bangun tidur sampai kita tidur lagi, ada aja peran ibu yang bikin hidup kita lebih mudah. Tapi, yang sering orang lupa, ibu itu nggak cuma soal masak, nyuci, atau ngurus rumah. Lebih dari itu, ibu adalah guru kehidupan pertama buat anak-anaknya.

Dari ibu, kita belajar nilai-nilai dasar kayak kasih sayang, empati, dan kerja keras. Ibu juga yang sering ngajarin kita gimana cara menghadapi dunia. Misalnya, gimana ibu ngajarin kita buat tetep tenang meskipun keadaan lagi kacau, atau gimana ibu ngajarin kita buat nggak gampang menyerah waktu kita gagal. Intinya, ibu itu fondasi utama yang bikin kita siap menghadapi dunia.

Dan yang keren lagi, ibu sering kali punya kekuatan magis yang bisa bikin rumah jadi tempat paling nyaman di dunia. Bukan karena dekorasinya atau barang-barangnya, tapi karena kehadiran ibu itu sendiri. Gimana, nggak setuju?

Nah, kalo ngomongin peran perempuan nggak lengkap kalau cuma berhenti di rumah. Perempuan itu juga punya andil besar dalam perubahan sosial. Coba kita lihat dari kacamata sejarah. Mulai dari R.A. Kartini yang memperjuangkan pendidikan buat perempuan, sampai tokoh modern kayak Malala Yousafzai yang berani berdiri untuk hak pendidikan di tengah ancaman. Mereka semua membuktikan kalau perempuan bisa jadi agen perubahan yang luar biasa.

Di Indonesia sendiri, Hari Ibu sebenarnya punya sejarah yang kuat. Awalnya, peringatan ini muncul dari Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928. Bayangin, waktu itu, perempuan-perempuan Indonesia udah mulai memperjuangkan hak-hak mereka, seperti hak untuk pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan. Jadi, Hari Ibu sebenarnya nggak cuma soal kasih bunga atau ucapan sayang, tapi juga simbol perjuangan perempuan.

Sekarang, perempuan udah makin banyak berperan di berbagai bidang. Mereka jadi CEO, politisi, ilmuwan, seniman, atlet, sampai inovator di bidang teknologi. Perempuan juga mulai masuk ke sektor-sektor yang dulu dianggap "cuma buat laki-laki." Dan ya, mereka sukses besar! Hal ini ngingetin kita kalau kemajuan peradaban nggak akan lengkap tanpa kehadiran perempuan.

Tapi, jujur aja, meskipun peran perempuan udah diakui di banyak tempat, masih banyak juga tantangan yang harus dihadapi. Misalnya, stereotip tentang peran perempuan yang masih banyak. Banyak yang masih mikir kalau perempuan "seharusnya" cuma ngurus rumah atau anak, sementara laki-laki yang kerja. Hal kayak gini bikin perempuan sering kali nggak dapat kesempatan yang sama, padahal potensinya nggak kalah.

Ada juga perempuan yang harus menghadapi beban ganda: kerja di luar rumah, tapi tetap dituntut untuk ngurus rumah sepenuhnya. Belum lagi kalau ada tekanan sosial atau budaya yang bikin perempuan merasa nggak cukup baik. Hal-hal ini bikin perjalanan perempuan menuju kesetaraan masih panjang banget.

Tapi, di tengah semua tantangan itu, masa depan masih penuh harapan, terutama kalau kita ngasih lebih banyak dukungan buat perempuan. Bayangin aja, perempuan punya potensi besar buat memimpin perubahan di berbagai bidang. Dalam isu lingkungan misalnya, perempuan sering jadi motor utama gerakan komunitas yang peduli keberlanjutan. Di dunia teknologi, makin banyak perempuan yang jadi inovator dan pemimpin startup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun