Pernahkah Anda membayangkan sebuah dunia di mana para koruptor bisa mendapat kesempatan kedua tanpa harus takut dihukum? Dunia yang lebih ramah, lebih pemaaf, bahkan bagi mereka yang sudah mengambil uang rakyat dengan cara yang tidak sah. Well, ternyata, kita sedang hidup di dalam dunia itu! Ya, betul sekali. Presiden Prabowo Subianto, yang baru saja menjabat, mengungkapkan sebuah wacana yang bisa membuat kita semua berpikir ulang tentang konsep keadilan dan pemaafan.
Saat bertemu dengan mahasiswa Indonesia di Universitas Al Azhar, Mesir, Prabowo menyampaikan sebuah ide yang mungkin terdengar seperti plot film komedi: memberikan kesempatan bagi para koruptor untuk bertobat dan mendapatkan pengampunan, dengan satu syarat saja, mengembalikan uang yang sudah mereka ambil. Dan ya, Anda tidak salah baca, syaratnya adalah pengembalian uang yang sudah dicuri, dan tentu saja, "bisa diam-diam supaya nggak ketahuan". Begitu sederhana, bukan?
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo dengan santai menjelaskan bahwa selama dua bulan menjadi Presiden, sudah banyak koruptor yang ditangkap. Namun, beliau merasa bahwa memberikan kesempatan untuk bertobat adalah langkah yang jauh lebih bijaksana daripada sekadar menjebloskan mereka ke penjara. "Hai para koruptor atau yang merasa pernah mencuri dari rakyat, kalau kau kembalikan yang kau curi, ya mungkin kita maafkan," ujarnya, seolah sedang menawarkan diskon besar-besaran untuk para pelaku kejahatan.
Jadi, di dunia baru yang dibayangkan Prabowo, semua bisa berjalan lancar asalkan uang yang dicuri itu dikembalikan. Tidak perlu repot-repot ikut kursus moral, cukup balikin aja uangnya, dan voila pemaafan pun datang. Mungkin ini adalah definisi baru dari "solusi win-win" dalam politik. Karena apa yang lebih damai daripada masalah selesai dengan cara yang begitu sederhana?
Tentunya, Prabowo, dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, sangat paham betul bahwa mengembalikan uang hasil korupsi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Uang yang sudah mengalir deras ke kantong pribadi selama bertahun-tahun mungkin sudah susah untuk dipulangkan kembali. Tapi Prabowo, sang pemimpin yang selalu melihat dari sisi positif, menawarkan solusi yang cerdik: "Bisa diam-diam, nggak usah ketahuan. Yang penting, uangnya kembali ke negara."
Betul sekali. Tidak perlu mengungkapkan semuanya ke media atau membuat drama besar di depan publik. Yang penting, uangnya kembali ke kas negara, dan segala sesuatunya bisa selesai dengan cara yang tenang, tanpa harus membuat koruptor merasa terpojok atau malu.
Tentu saja, banyak orang yang mungkin mempertanyakan, "Tapi, bukankah ini memberi pesan yang salah? Apakah kita bisa membiarkan koruptor lari begitu saja hanya karena mereka mengembalikan uangnya?" Nah, untuk ini, Prabowo sudah menyiapkan jawabannya. "Ya, kami tahu kalau mereka sudah nikmati hidup enak, nggak mungkin bisa langsung berubah. Tapi siapa tahu, dengan kasih sayang kita, mereka bisa insaf," tuturnya, seolah sedang berbicara kepada anak kecil yang baru saja membuat kesalahan.
Jadi, bayangkan sejenak dunia yang kita tinggali ini sebagai tempat di mana semua orang diberi kesempatan untuk menebus dosanya dan itu termasuk para koruptor! Tidak perlu menghukum dengan cara keras, cukup dengan kasih sayang dan pemahaman. Kalau mereka kembali, bahkan sedikit lebih baik, bukankah itu kemenangan besar bagi negara?
Mungkin ini adalah langkah besar dalam mencapai keadilan sosial versi Prabowo. Sebuah masyarakat di mana hukum tidak selalu berarti penjara, dan pemaafan datang dengan harga yang sangat wajar: uang yang dikembalikan. Lagi pula, bukankah pemaafan itu adalah tindakan mulia? Pasti, selama pengembalian uangnya tepat waktu dan tanpa ada yang tahu.
Jadi, mari kita sambut era baru pemaafan ini dengan penuh harapan. Mungkin saja, di masa depan, kita semua bisa hidup di dunia yang lebih ramah, di mana pemaafan adalah solusi utama, dan koruptor bisa jadi contoh orang-orang yang "kembali ke jalan yang benar" selama mereka mengembalikan uangnya, tentu saja.