Namun pada perbandingan selanjutnya, ia membandingkan bagaimana apabila tetangga kiri kanan depan belakang memelihara anjing seluruhnya dan pada suatu waktu, anjing tersebut menggonggong di waktu yang bersamaan.Â
Pernyataan terakhir inilah yang memicu kontroversi di tengah masyarakat dikarenakan penggunaan frasa 'anjing menggonggong' yang dibandingkan dengan suara yang dikeluarkan dari pengeras suara atau toa rumah ibadah. Gelombang protes pun sudah bermunculan baik secara pernyataan langsung maupun di media sosial.Â
Pun demikian halnya dengan pihak yang pro dengan Menteri Agama yang mempunyai massa yang cukup banyak. Kedua belah pihak saling menghujat bahkan saling melaporkan ke kepolisian. Sehingga narasi-narasi yang beredar justru menuju ke arah perpecahan.
Fenomena tersebut dapat merenggangkan tali persaudaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, fenomena terakhir menunjukkan bahwa sesama Umat Islam saja sudah saling bertikai, apalagi berbicara mengenai kerukunan antar umat beragama, dan pandangan politik dalam berbangsa dan bernegara.
Maka di momen Isro Mi'roj yang baru saja diperingati oleh umat Islam sedunia inilah momen yang tepat untuk mengintrospeksi atau bermuhasabah, khususnya kaitan dengan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sudahkah umat Islam memahami hikmah di balik perintah pada peristiwa Isro Mi'roj?
Pertanyaan lebih lanjut lagi, bukankah kita dalam bernegara Indonesia adalah berdasarkan Pancasila, yang mana sila yang pertama ialah "Ketuhanan Yang Maha Esa".Â
Salah satu butir dari sila pertama tersebut ialah menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang mana bila butir tersebut berdasarkan konteks agama Islam, maka umat Islam di Indonesia menyatakan ketaqwaannya dengan menjalankan perintah Allah S.W.T.Â
Di antara perintah tersebut ialah sholat lima waktu. Maka sudahkah umat Islam di Indonesia memahami filosofi di balik sholat tersebut atau jangan-jangan hanya menggugurkan kewajiban semata?
Maka dari itu, hikmah Isro Mi'roj inilah yang harus dipahami oleh umat Islam di Indonesia, sehingga dapat memperkukuh tali persaudaraan dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.Â
Cukuplah fenomena perpecahan di tengah masyarakat akibat Pemilihan Umum (Pemilu) lalu menjadi suatu pembelajaran kedepannya. Dan saat ini, mari kembali merajut tali persaudaraan dan persatuan Indonesia.
Tulisan disarikan dari Ceramah Agama oleh pendiri sekaligus Majlis Syuro Persatuan Al-Ihsan, Al-Ustadz Pamudji Rahardjo pada Peringatan Isra' Mi'raj di Persatuan Al-Ihsan Surabaya.