Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir 2019 menimbulkan berbagai permasalahan bagi seluruh negara terdampak. Salah satunya adalah Indonesia. Selain dampak terhadap kesehatan, juga terdapat dampak lain seperti dampak ekonomi, sosial, psikologis dan lain-lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai upaya dilakukan untuk setidaknya mengurangi dampak negatif dari pandemi tersebut dengan menggunakan segenap unsur di Indonesia. Salah satunya adalah melalui masjid.
Indonesia merupakan negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia sekaligus menjadi agama mayoritas yang dianut oleh penduduk Indonesia. Oleh sebab itu, aspek-aspek dalam Islam tentu akan banyak tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya adalah masjid yang merupakan tempat peribadatan umat Islam. Dan tampaknya, Pemerintah maupun tokoh-tokoh nasional di Indonesia menyadari betul potensi yang dimiliki tersebut. Oleh karenanya, masjid dijadikan salah satu unsur untuk mengatasi dampak negatif dari adanya pandemi tersebut.
Di bidang ekonomi, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menerapkan suatu program yang pernah dilakukannya ketika masih menjadi Walikota Bandung, yakni program Kredit Masyarakat Sejahtera melalui masjid-masjid yang ada di Bandung kala itu. Program ini selanjutnya diikuti oleh Dewan Masjid Indonesia sebagai bentuk implementasi pemberdayaan ekonomi melalui masjid, karena, program ini memang digagas untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat, khususnya dalam mengakses permodalan melalui rumah ibadah.
Di bidang kesehatan, Dewan Masjid Indonesia mengusulkan agar masjid menjadi sentra daripada vaksinasi program COVID-19. Dan masih banyak program-program lainnya yang melibatkan masjid.
Namun, jauh sebelum gencarnya pemberdayaan masjid di Indonesia, terdapat salah satu organisasi atau perkumpulan yang sudah mempunyai pikiran dan rencana dalam rangka memberdayakan masjid. Organisasi tersebut adalah Persatuan Al-Ihsan yang berpusat di Demak Timur XI/33-35, Surabaya, Jawa Timur yang sudah ada sejak 1994.
Pendiri Persatuan Al-Ihsan, Al-Ustadz Pamudji Rahardjo kala itu mempunyai gagasan agar masjid tidak hanya dibangun untuk sekadar tempat ibadah, melainkan juga menyangkut aspek-aspek perkehidupan kemasyarakatan lainnya. Diantaranya adalah sebagai tempat pendidikan, tempat kesehatan, tempat ekonomi umat, tempat musyawarah umat, dan lain-lain. Dari gagasan tersebut, perlahan diimplementasikan pada Masjid sekaligus Sekretariat Persatuan Al-Ihsan di Demak Timur, Surabaya.
Pada perencanaan pembangunan masjid tersebut, beliau membagi masjid pada beberapa bagian, mulai dari bagian masjid untuk tempat ibadah, tempat pendidikan, tempat kesehatan dan ekonomi umat. Bahkan beliau juga mendesain struktural kepengurusan masjid, Ta’mir masjid akan membawahi sejumlah pimpinan bidang tertentu semacam direktur seperti direktur bidang pendidikan, direktur bidang usaha umat, direktur bidang kesehatan direktur bidang sosial umat, dan sebagainya.
Atas berkat Rahmat Allah melalui bantuan dari para Jama’ah Al-Ihsan maupun donatur dari eksternal, 25 (dua puluh lima) tahun selanjutnya barulah hasilnya dapat dirasakan masyarakat sekitar. Walaupun pembangunan masih belum 100%, namun terdapat sejumlah program yang sudah berjalan. Selain Masjid Al-Ihsan yang digunakan sebagai tempat ibadah, terdapat kegiatan lainnya, diantaranya adalah adanya Tempat Pendidkan dan Pengajaran Al-Qur’an (TPQ) Al-Ihsan (yang mana kegiatannya dapat dilihat dalam saluran YouTube Persatuan Al-Ihsan), Badan Usaha Persatuan, Perpustakaan, dan lain-lain. Kedepannya juga direncanakan untuk membangun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Bahkan, salah satu cabang Persatuan Al-Ihsan, yakni di cabang Kabupaten Bondowoso, pengurus setempat berhasil membentuk PAUD yang berlokasi di Jl. Diponegoro Gg. Al-Ihsan No.1, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Lokasi PAUD juga berada dalam satu kompleks Masjid Al-Ihsan di Kabupaten Bondowoso.
Fungsi Masjid di Zaman RasulullahÂ